Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Antara Jabatan dan Kehidupan Abadi: Ketika Dunia Menipu

18 Oktober 2024   06:53 Diperbarui: 18 Oktober 2024   06:58 28 1
Manusia sering kali terjebak dalam kekaguman terhadap jabatan, gelar, dan kemewahan. Ketika seseorang memiliki kekuasaan atau harta yang melimpah, seolah-olah dunia tunduk di bawah kakinya, dan kita sebagai sesama sering kali terpesona tanpa sadar. Semua ingin diakui, dihormati, dan dekat dengan mereka yang berada di puncak, meski kadang hanya untuk meraih kepentingan duniawi.

Namun, kita sering lupa akan tujuan akhir hidup kita. Apakah benar kita diciptakan hanya untuk mengumpulkan kekayaan dan meraih jabatan tinggi? Bukankah akhir yang sejati bukanlah apa yang bisa kita genggam di dunia ini, melainkan kedamaian di hadapan Sang Ilahi?

Di sini muncul pertanyaan: Apakah ini sekadar tipu muslihat dunia atau kuasa nafsu yang tak terkendali? Nafsu untuk diakui, dihormati, dan diangkat tinggi di hadapan manusia lain? Jika kita tidak waspada, kita bisa menjadi budak duniawi---terjebak dalam perlombaan tanpa akhir untuk mengejar kehormatan yang fana. Padahal, kebahagiaan sejati ada dalam hati yang lurus menuju kehidupan abadi, tanpa terjerat oleh jebakan dunia yang sementara.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun