Di warung kecil itu, saya dan para kader GMNI lainnya duduk mengelilingi meja kayu sederhana, menatap buku-buku tebal yang berisi pemikiran dan perjuangan para tokoh kiri tersebut. Dalam suasana yang santai namun penuh semangat, kami mempelajari sejarah gerakan kiri Indonesia, menganalisis pemikiran-pemikiran revolusioner, dan meresapi semangat perjuangan yang tertuang dalam karya-karya mereka.
Para senior GMNI dengan sabar dan penuh dedikasi memandu kami, menjelaskan setiap konsep dan gagasan yang terdapat dalam tulisan-tulisan tokoh kiri tersebut. Mereka tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga mendorong kami untuk memahami konteks sejarah dan situasi politik pada masa itu. Dengan penuh semangat, kami berdiskusi, bertukar pendapat, dan mencari pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pemikiran-pemikiran tersebut relevan dengan realitas sosial dan politik saat ini.
Pengalaman belajar di Warung Abah tidak hanya memberi saya pengetahuan baru, tetapi juga membuka wawasan dan memperkuat tekad untuk turut berkontribusi dalam perjuangan menuju perubahan yang lebih baik bagi bangsa dan negara. Saya menyadari betapa pentingnya memahami sejarah dan mempelajari pemikiran-pemikiran para tokoh revolusioner dalam membangun kesadaran politik dan memperjuangkan keadilan sosial.
Hingga kini, kenangan belajar di Warung Abah tetap menjadi bagian berharga dalam perjalanan hidup dan perjuangan saya sebagai seorang pemuda yang berkomitmen untuk menjadi agen perubahan positif. Saya bersyukur atas kesempatan tersebut dan berharap dapat terus menginspirasi dan berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. SELAMAT MILAD KE-70 UNTUK GMNI " Kobarkan Semangat Berdikari Menyambut Indonesia Emas 2045". Merdeka...!!! GMNI Jaya...!!! Marhaen Menang ...!!!