sebutir baja mendesing di telinga kiri
Air memercik ke seluruh penjuru ruangan
Serta merta kudekap Jamal yang terperanjat dan mulai menangis kencang
"Sst... Diam, Jagoan..."
Kunyanyikan senandung timang bunda untuknya
Sejenak Jamal terdiam
Bertenang
Satu-dua butir baja menghambur ke mangkuk Jamal
Bubur memercik ke sana kemari
Jamal terisak keras
"Malulah pada bunda kalau menangis"
KUgapai krayon merah yang dimainkan Jamal sambil makan tadi
kukelilingi bibirku dengan goresannya
juga kubuat motif lingkaran pada hidungku
Jamal tertawa kecil
Ada badut di hadapannya
Pot bunga kesayangan bunda menghamburkan tanah
Mengotori lantai
Jamal mulai berteriak lagi
-Kupersembahkan tarian badut padamu
Aku berdiri sambil menari-nari
Jamal terpana
kemudian terbahak
Keras
"Sst... Peraturan di sini, harus tertawa tanpa suara"
Jamal membekap mulutnya
Tubuhnya masih berguncang tawa
Sekejap jendela dapur berlubang
Pada dadaku tergali lubang
Pada jantungku sesuatu bersarang
Panas
Kutatap Jamal sambil tersenyum
"Jagoan, berbaringlah dan jangan bersuara. Kakak mengantuk sekali, mari kita tidur sambil menunggu bunda pulang"
Bandung,
1 Juni 2010
21:59 WIB
Untuk balita-balita cerdas di Gaza