Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Memang Boleh Se-FOMO Itu?!

20 Desember 2023   11:05 Diperbarui: 20 Desember 2023   11:09 155 0
Pernah merasa harus mengikuti trend yang ada? Takut merasa tertinggal? Kamu merasa harus selalu mengikuti trend yang terus berkembang. Muncul juga perasaan tidak enak jika kamu tertinggal sehingga membuat kamu frustrasi sendiri. Membuat perasaan iri ketika melihat kehidupan teman mu lebih menyenangkan. Lama kelamaan Membuatmu pagimu langsung melihat ponsel untuk melihat berita terkini.

Jujur, saya juga mengalami hal seperti itu terutama pada trend fashion. Trend fashion yang lagi naik saat ini adalah Jorts yaitu singkatan dari jeans dan shorts. Ketika melihat barang itu di sosial media saya sangat tertarik untuk membelinya dan tanpa pikir panjang saya langsung membelinya lewat aplikasi belanja daring. Saya sadar tindakan tersebut merupakan pengaruh dari sosial media yang membuat saya tidak ingin ketinggalan trend tersebut.

Dalam artikel yang berjudul “Social Theory at HBS: McGinnis Two FOs” Patrick McGinnis pada tahun 2004 memperkenalkan tindakan tersebut adalah Fear of Missing Out (FOMO) atau yang lebih jelasnya adalah ketakutan untuk tertinggal informasi atau momen di media sosial. Penyebab FoMO tidak lain dan tidak bukan adalah media sosial. Media sosial membuat orang berlomba-lomba untuk mengikuti trend demi terlihat bahagia dan keren. Contohnya untuk saat ini adalah Crombloni yaitu semacam makanan hasil campuran antara croissant dan bomboloni di salah satu café ternama di Jakarta yang membuat orang-orang rela antre hanya untuk membelinya lalu memasangnya di media sosial mereka. Bahkan jika kita menuliskan ‘Cromboloni’ pada kolom pencarian di aplikasi TikTok langsung muncul berbagai video tentang makanan tersebut dengan memperlihatkan kelezatan dan tampilan Cromboloni bahkan sudah ada tutorial cara membuat Cromboloni.

Bukankah kamu capai jika terusmenerus mengikuti trend yang tiap saat selalu ada saja? Media sosial membuat seseorang tidak puas akan dirinya sendiri dan mempertanyakan kemampuan dirinya sendiri.  Studi mengatakan pada tahun 2013 yang terbit pada jurnal Computer in Human Behaior, orang-orang dengan tingkat FoMO yang tinggi merasa kurang dengan kehidupan sehari-hari. Mereka menggangap kehidupan orang lain dari segi kebahagiaan, kesuksesan, dan pengalaman orang lain  membuat hidup mereka lebih menyedihkan sehingga tidak sedikit hal ini dapat memengaruhi cara pandang mereka mengenai kehidupan yang ideal. FoMO berdampak buruk bagi orang yang mengalaminya awalnya hanya dengan perasaan cemas lalu menurunnya rasa percaya diri bahkan fatalnya jika seseorang memaksakan diri untuk melakukan sesuatu di luar batas kemampuan ekonominya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun