Hamparan hijau terbentang luas diantara pemukiman penduduk. Cangkul dan caping menjadi alat tempur sang penggarap tanah. Sebut saja Pak Rahmat seorang buruh tani yang kerja banting tulang untuk anak semata wayangnya. Pak Rahmat menaruh harapan besar kepada putranya agar hidupnya lebih baik dari dirinya. Anton lahir dari latar belakang keluarga yang mungkin kurang beruntung, ia hidup hanya bersama ayahnya saja, sang ibu meninggal saat bersamaan dengan kelahiran Anton. Ya, memang menyedihkan tapi hal tersebut tidak membuat Anton dan Pak Rahmat patah semangat untuk menjalani kehidupan mereka. Pak rahmat berperan sebagai ayah sekaligus ibu untuk Anton, Pak Rahmat mengajarkan banyak hal dan pengetahuan kepada Anton agar bisa menjadi anak yang berguna bagi setiap orang. Buruh tani selalu menjadi pekerjaan yang di pandang rendah oleh setiap orang, padahal seorang buruh tani sangatlah berjasa, tanpa petani padi tidak akan menjadi semangkok nasi. Sejak kecil Anton selalu melihat jerih payah sang ayah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepatu sekolah yang biasa Anton kenakan sudah terlihat bolong. Sepatu bolong ini seakan sudah lelah menemani Anton yang tak pernah berhenti untuk bersekolah.Â
KEMBALI KE ARTIKEL