kalau denger omongannya pelatih, apalagi ketua umumnya yang walikota jogja itu, mereka semua asal ngomong. Bagaimana tidak? masak dengan servis sekenanya dan tiadanya jaminan makanan, listrik, gaji, bonus, tempat latihan yang layak, ketua umum nya masih minta agar PSIM bermain fokus dan mencetak prestasi agar masuk 8 besar. Hanafing, pelatih PSIM, masih mending. dia nggak terlalu ngotot harus memaksa pemainnya menembus 8 besar, yang penting main terbaik. Gimana coba? kok rasanya malah lama-lama para pemain PSIM ini malah jadi budak. haknya tidak dipenuhi, tapi disuruh kerja terus tanpa imbalan layak. sungguh miris hati ini tiap kali baca koran soal PSIM.
saya lama-lama makin yakin, ketua umum PSIM ini memang sebenarnya ingin klub bola milik orang jogja ini mati pelan-pelan. dengan begitu tidak lagi harus ada duit yang dikeluarkan untuk klub yang "isin menang" ini dan ngurusi tetek bengek bola. tapi caranya jangan pengecut gini dong. jika ini dibiarkan dan betul dugaan di atas, maka itu namanya sedang menipu masyarakat dan para suporter PSIM, Brajamusti. ketua umum PSIM yang juga walikota jogja ini bukan lagi aset bagi PSIM, tapi malah jadi beban masalah. malu aku punya walikota seperti ini.