Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Petualangan Kecil di Monumen Kapal Selam Surabaya

22 September 2014   19:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56 1493 0
Yessss!

Setelah lama menanti, akhirnya saya punya kesempatan liburan bersama anak anak. Berhubung waktunya singkat, kami pun memutuskan untuk pergi ke Monumen Kapal Selam Surabaya atau biasa disebut Monkasel. Kami sekeluarga sangat antusias, karena selama ini kami hanya melihat kapal selam itu dari kejauhan saat melintas di Jalan Pemuda Surabaya. Dan sekarang kami akan masuk ke dalamnya! Sungguh menyenangkan.

Monumen Kapal Selam adalah sebuah monumen perjuangan Angkatan Laut Republik Indonesia  yang terletak di Surabaya. Kita patut bangga karena ternyata Monkasel ini adalah monumen kapal selam terbesar se Asia!

Monumen ini sangat unik, karena kita akan berada di dalam kapal selam sungguhan (meskipun tidak sungguh sungguh menyelam). Waktu kecil saya sering membaca buku karangan Jules Verne tentang perjalanan menjelajah dunia bawah air dengan kapal selam. Jadi saya tidak sabar ingin melihat bagaimana keadaan di dalam kapal selam yang sebenarnya.

Mobil kami pun berbelok ke area Monkasel. Saya melihat banyak sekali kendaraan yang parkir , dan saya pikir, 'Luar biasa! Pengunjungnya banyak sekali!'

Kami berjalan ke loket, dan saya menyadari ternyata sebagian besar mobil yang parkir adalah milik pengunjung Surabaya Plasa. Monkasel sendiri sangat sepi pengunjung. Bisa dibilang kamilah satu satunya pengunjung pada jam itu.

Monkasel dibuka untuk umum mulai pukul 08.00-22.00, dan tutup di hari senin. Dengan tiket seharga Rp.8000,00 per orang, kami memasuki area dan terkagum kagum melihat kapal selam seberat 1300 ton dengan panjang 76,6 meter dan lebar 6,30 meter menjulang kokoh di hadapan kami. Itulah KRI Pasopati 410 yang bersejarah. Kapal ini adalah salah satu kapal selam seri SS Whiskey Class buatan Uni Soviet tahun 1952. Dalam riwayat perjuangannya, KRI Pasopati 410 bertugas untuk menghancurkan garis musuh, mengawasi dan menyergap secara diam diam. KRI Pasopati mulai beroperasi dari tahun 1962 dan ikut berperan mempertahankan hukum kelautan, berpartisipasi dalam 28 operasi termasuk Trikora di Irian Jaya  sampai akhirnya pensiun pada tahun1987. Monkasel sendiri diresmikan tanggal 15 Juli 1998.

Meskipun ada proyek perbaikan jalan setapak, secara keseluruhan area Monkasel tampak bersih. Tembok dan pagarnya jelas butuh dicat ulang, tapi relief di dinding yang menceritakan perjuangan para pahlawan sangat menarik untuk disimak.

Di tepi sungai terdapat taman bermain , sayangnya mainan anak anak itu rusak dan keropos (jadi saya tidak mengizinkan anak anak memakainya karena khawatir terjadi hal hal yang tidak diinginkan). Tapi hal itu tidak mengurangi keceriaan  anak anak, mereka senang berada di kompleks monumen yang terletak di tepi sungai Kalimas ini.

Sebelumnya, kami tidak tahu kalau di area Monkasel ada kolam renang untuk anak. Seandainya saya tahu, pasti kami membawa perlengkapan berenang dan siap bermain air di dekat kapal selam. Selain taman bermain dan kolam renang, sederet toko yang menjual makanan, minuman dan oleh oleh juga telah disediakan untuk kenyamanan pengunjung. Pengelola menyediakan panggung hiburan (tampaknya hanya tampil di musim liburan saja) dan lokasi ini dapat disewa untuk berbagai keperluan. Mulai dari reuni, peluncuran produk,bahkan resepsi pernikahan! Unik, kan?

Di tepian sungai Kalimas, ada sebuah dermaga untuk berwisata air menyusuri sungai. Lengkap dengan bangku cinta yang romantis. Pemandangan sungai dan jembatan serta angin sepoi membuat suasana terasa romantis. Sayangnya, kurangnya pohon dan area teduh membuat kami kurang betah berlama lama disana.

Setelah membiarkan anak anak berlarian sebentar dan berfoto di halaman, kami pun masuk ke dalam KRI Pasopati 410.

Memasuki lambung kapal, dinginnya AC terasa kontras dengan panasnya udara di luar. Rasanya sejuk dan menyenangkan.

Kami disambut dua petugas murah senyum yang memberitahu bahwa ada pemutaran videorama tepat pukul satu siang nanti. Mereka pun mempersilakan kami melanjutkan perjalanan melihat lihat bagian dalam kapal selam. Tidak ada guide, jadi kami memulai petualangan kecil kami sendiri.

Ternyata, bagian dalam kapal selam ini keciiiiilll sekali. Lebarnya mungkin hanya sekitar 4 - 5 meter dan dindingnya penuh peralatan besar dan jalinan kabel. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana 63 awak kapal bisa menjalankan segala aktivitas mereka di tempat sekecil ini. Tempat tidur para awak lebarnya hanya sekitar 50 centimeter, dan jauh dari empuk. Bentuknya seperti kursi angkot yang panjang dan tetap saja keras meskipun dilapisi matras. Dan kabin Komandan pun tak kalah sederhana. Sempit dan pengap. Satu satunya kemewahan yang ada hanyalah sebuah meja tulis kecil.

Beberapa ruangan KRI Pasopati 410 antara lain adalah ruang awak kapal, ruang Komandan, jembatan utama dan pusat komando, ruang dapur dan ruang makan, ruang mesin diesel, ruang mesin  listrik dan ruang haluan torpedo. Masing masing ruang dihubungkan dengan pintu. Sebagian besar pintu ini berukuran kecil, bentuknya bundar dan sangat rendah. Jadi Anda yang bertubuh tinggi besar akan membutuhkan lebih banyak usaha untuk melewatinya. Saya sendiri membutuhkan waktu beberapa menit, untuk memastikan perut tidak tersangkut dan  kepala saya tidak terantuk besi saat melewati pintu mini itu. Waaah, ternyata untuk menjadi awak kapal selam, Anda harus punya fisik yang kuat, ramping, cekatan dan gesit!

Kami tiba di pusat komando. Ini dia ruang yang membuat saya penasaran. Saya hanya pernah melihat periskop di film film kartun, yang bentuknya lebih menyerupai pipa PVC. Dan kini saya berkesempatan melihat periskop yang asli. Masih berfungsi pula!  Saya sangat menikmati momen 'pura pura jadi kapten' di dalam kapal selam ini. Lewat periskop saya bisa melihat kemacetan dan gedung gedung yang menjulang di Jalan Pemuda. Rasanya luar biasa.

Perjalanan berlanjut ke ruang dapur. Jangan bayangkan sebuah dapur mungil seperti di rumah. Yang disebut dapur hanyalah meja panjang di sudut ruangan, bersebelahan dengan baterai super besar. Sungguh jauh dari kesan nyaman. Dan di dapur inilah para koki mengolah makanan untuk sumber energi para awak kapal. Berdampingan dengan baterai yang merupakan sumber energi kapal selam.

Seandainya ada guide, saya ingin menanyakan bagaimana cara memasak makanan di kapal selam? Apakah para awak hanya makan makanan kaleng? Atau ada peralatan khusus untuk memasak di dalam kapal?

Kemudian saya melihat sebuah ruangan kecil. Tanpa keterangan. Saya berasumsi itu adalah toilet. Karena ada sebuah wastafel di sudut ruangan. Tapi, kenapa ada begitu banyak kabel di dindingnya? Sayang tidak ada guide. Saya sangat penasaran. Dari tadi saya tidak melihat adanya kamar mandi. Apa hanya ada satu kamar mandi di kapal selam bermuatan puluhan orang ini?

Karena tidak tahu harus bertanya pada siapa, dan tidak ada keterangan mengenai hal itu, maka saya melewatkannya dan berjalan terus.

Kami berjalan melewati ruang mesin. Lalu memasuki ruang listrik yang penuh kabel. Woow...rasanya seperti berada di usus Alien. Begitu banyak kabel besar dan kecil yang dipasang di dinding ruang. Membuat saya salut pada para teknisi yang bisa menghafal dan menguasai begitu banyak kabel dan mesin dalam kapal selam ini.

Perjalanan kami berujung di ruang torpedo. Satu satunya ruang dengan pintu terlebar dan sedikit lebih lapang dari ruang lainnya. Dan saya menyadari ternyata kapal selam ini dilengkapi dengan persenjataan berupa 12 buah  torpedo uap gas panjang dan 4 buah torpedo propeller. KRI Pasopati 410 juga punya kemampuan 'menyamar' super. Seperti 'kapal siluman'. Hingga sulit dideteksi oleh kapal kapal lain di permukaan. Jadi KRI Pasopati 410 bisa menyusup diam diam ke garis belakang musuh dan memberi serangan kejutan. Hebat,kan?

Sayang kami tidak sempat menyaksikan videorama yang pasti akan melengkapi kunjungan kami. Namun kami puas dan bangga telah berkunjung ke Monkasel. Kami pulang dengan senyum tersungging dan  semangat baru yang membara.

Saya sekeluarga menyukai petualangan kecil kami dalam liburan kali ini. Kunjungan ke Monkasel ini betul betul menjadi pengalaman luar biasa. Kami mendapat banyak pengetahuan,kegembiraan dan juga membuka mata kami akan hebatnya perjuangan TNI AL.

Sungguh luar biasa perjuangan pahlawan pahlawan Indonesia. Berjejalan di tempat sempit, jauh dari keluarga, mengarungi samudera, mempertaruhkan jiwa raga dan terus berjuang mempertahankan tanah air tercinta. Demi anak cucu dan seluruh bangsa Indonesia.

Ada hikmah yang sangat berharga yang saya dapatkan dari perjalanan singkat mengunjungi sebuah kapal selam bersejarah, saksi bisu perjuangan bangsa kita. Kadang kita merasa tidak nyaman dengan apa yang kita miliki , berkeluh kesah, berputus asa dan merasa 'termiskin di dunia'. Padahal jika kita mau membuka mata, sebetulnya banyak orang di luar sana yang memiliki kondisi yang jauh lebih sulit, namun tidak mengeluh dan terus berjuang dengan gigih menciptakan masa depan yang lebih baik.

Seandainya bisa bicara, mungkin KRI Pasopati 410 akan tersenyum bijak pada saya dan berpesan, 'Bersyukurlah, berjuanglah dan marilah ciptakan dunia yang lebih baik untuk anak cucu kita. Semangat! Tabah Sampai Akhir.'

Ayo berjuang dengan gigih!

Tabah Sampai Akhir!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun