Sore sepulang kerja saya menyempatkan diri untuk makan malam bersama seorang sahabat. Saya datang sedikit lebih dulu dari sahabat saya itu. Sambil menunggu saya mengamati sekeliling. Restoran ini dipadati oleh wanita-wanita sebaya saya yang hampir semua bernasib sama (baca: baru pulang kerja). Mereka tampak cantik dengan setelan yang chic dan make-up yang... mmm... WOW!
Tepat ketika mulut saya sudah "gatal" sangat ingin berkomentar, tibalah sahabat saya.
"Itu kulitnya teriak-teriak nggak, sih, didempul tebel gitu?!"
Dan kemudian di mulut saya mendaratlah tangan sahabat saya. "Jangan resek!", ujarnya lengkap dengan tatapan tajam ke arah saya.
Tapi, sungguh. Saya masih saja gagal paham dengan mereka yang memutuskan untuk menutupi kulit wajahnya dengan riasan tebal setiap hari. Setiap hari!
Setelah menyelesaikan makan malam, kemudian kami membahas tentang hal yang mengganggu saya tadi. Ternyata hal tersebut juga mengganggu sahabat saya. Dari percakapan yang "cukup panjang" itu (DUA JAM), kami menyimpulkan bahwa memakai make-up memang sangat penting bagi wanita bekerja macam kami ini. Memakai make-up sudah menjadi sebuah tuntutan tersendiri. Tapi, toh, kami memilih untuk tampil se-alami mungkin.
"No Make-up" Make-up. Memakai make-up senatural mungkin sehingga tidak terlihat berlebihan. Memulas pewarna bibir dengan warna nude, perona pipi dengan rona jingga, pensil alis berwarna cokelat tua, dan eyeliner tipis untuk mempertegas mata. Itu yang biasa kami kenakan sehari-hari.
Oh, satu lagi. Memakai alat make-up dengan bahan-bahan alami juga sangat penting untuk tampil cantik alami. Setuju?