Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Sok Tahu, Banjir, dan Busi

22 April 2013   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:48 104 1
Bicara sok tahu, seringkali sifat itu spontan muncul dengan sendirinya. Sadar atau tidak. Biasanya kesok-tahuan itu timbul karena berdasarkan pengalaman. Padahal kebenarannya belum tentu demikian.

Beberapa waktu yang lalu saya hendak pergi ke suatu tempat melalui Jalan Cileduk Raya, Tangerang. Kebetulan macet total karena jalan digenangi air cukup tinggi.

Keadaan ini memang saya untuk balik arah alias membatalkan untuk melanjutkan perjalan ke tujuan. Sebab takut kemalaman.

Ternyata arah balik genangan airnya juga cukup dalam. Tapi saya percaya diri saja. Sudah biasa dan tidak pernah mogok.

Tapi kali ini mungkin sedang apes. Karena motor yang saya kendarai tiba-tiba mogok. Basah deh. Kendaraan terpaksa harus didorong.

Kalau kejadian demikian penyakitnya adalah busi berdasarkan pengalaman. Langsung saya buka businya. Saya bersihkan dan keringkan. Kemudian tes percikan apinya. Tidak ada lagi percikan.

Kesimpulan saya businya sudah tidak berfungsi lagi. Keputusannya ya harus beli busi baru. Setelah tanya-tanya, saya diberi petunjuk tempat terdekat untuk membeli busi.

Lega rasanya, tidak jauh-jauh saya mendapatkan busi baru. Sebelum dipasang saya tes dulu pengapiannya. Loh, kenapa busi baru tidak ada pengapiannya?

Iseng-iseng saya pasang kembali busi yang lama. Oh ternyata motor bisa langsung hidup hanya dengan sekali sela. Jadi sebenarnya tanpa harus beli busi baru pun saya bisa meneruskan perjalanan pulang. Ya sudahlah, buat cadangan saja. Pikir saya.

Selanjutnya saya juga berpikir. Kenapa sebelum beli busi baru tidak saya coba dulu pasang untuk memastikan berfungsi tidaknya busi tersebut?

Untung untuk beli busi baru harganya tidak mahal-mahal amat. Kalau biayanya besar, bisa gigit jari dong saya?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun