Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Survei: Kaya Bukan Jaminan Bahagia

31 Desember 2012   06:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:45 851 4
Apakah kekayaan dapat menjadi sumber kebahagiaan? Belum tentu! Tetapi hati yang kayalah yang membuat manusia hidup bahagia.

Terbukti dalam jajak pendapat di 184 negara yang diadakan lembaga riset Gallup yang disiarkan Rabu, 19/12/2012. Singapura yang dihuni warga yang kaya dan makmur, ternyata justru berada di urutan paling bawah. Artinya warga Singapura merasa paling tidak bahagia.

Seperti yang dilaporkan Kompas cetak edisi Minggu (23/12) jajak pendapat yang digelar Gallup sepanjang tahun 2011 dengan mewawancarai sekitar 150 ribu responden di 148 negara.

Dari hasil jajak pendapat ternyata lima besar negara yang warganya hidup bahagia berada di Amerika Latin. Yakni, Panama. paraguay, El Salvador, Venezuela, dan Trinidad-Tobago.

Sementara negara-negara kaya seperti Amerika Serikat berada di urutan 33, Perancis dan Jerman (47) dan Jepang (50). Indonesia sendiri berada di peringkat 19.

Ini memang sekadar survei. Tetapi dari hasil jajak pendapat ini paling tidak menggambarkan, bahwa kebahagiaan itu tidak semata diukur dari kekayaan.

Banyak uang dan dapat memenuhi segala kebutuhan yang diinginkan belum tentu membuat seseorang dapat menikmati hidupnya dengan damai dan nyaman. Yang pada akhirnya mendatangkan kebahagiaan hidup.

Jadi bila kita memiliki pandangan bahwa untuk bahagia yang paling utama adalah dengan memiliki banyak uang. Tentu itu adalah pandangan yang salah.

Mencari kekayaan materi pasti tiada habis dan tak ada puasnya. Ketidak-puasan ini justru merupakan sumber ketidak-bahagiaan.

Sebab sumber kebahagiaan adalah memiliki hati yang puas. Puas dengan apa yang dimiliki. Punya hati yang luas untuk menerima keadaan.

Tetapi pada jaman sekarang, walaupun manusia tahu bahwa uang bukan sumber kebahagiaan, realita memperlihatkan manusia tetap lebih mengutamakan mencari uang memperkaya hidupnya.
Dibandingkan dengan mencari sumber kebahagiaan untuk memperkaya hatinya.

Menuliskan hal ini, seperti sedang melihat diri sendiri sebagai gambaran. Bahkan lebih parah lagi. Sudah tidak kaya secara materi, hati pun masih miskin. Di mana ada bahagia kalau begitu?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun