semakin mengenal diri sendiri.
Agama merupakan wadah untuk mendamaikan jiwa-jiwa menuju kepada kesejatiannya. Yang jelas agama adalah petunjuk menuju kepada kebajikan. Memanusiakan manusia.
Tetapi, di antara demikian banyak manusia yang menjadi pemeluk agama. Ada yang menganggap agama hanyalah omong kosong. Agama sekadar menjadi pelarian bagi manusia yang dianggap frustasi.
Agama dianggap sebagai tong sampah untuk menampung manusia bodoh yang dipenuhi halunisasi.
Bagi mereka yang menuhankan logika dan mendewakan kepintarannya. Agama memang benar-benar sebagai omong kosong.
Tanpa sadar, sesungguhnya omongan kosong ini sedang menunjukkan kekosongan jiwanya. Karena hati dan otaknya hanya dipenuhi teori-teori dan logika.
Tindakan mereka menghina agama dengan istilah-istilah menjijikan dan menistakan Para Nabi. Sampai melecehkan Tuhan hanya bisa dilakukan orang yang jiwanya terganggu.
Apa yang dikatakan memang layak dianggap sebagai omongan kosong.
Sebenarnya omong kosong tentang agama bukan hanya dilakukan mereka yang tidak beragama. Sesama pemeluk agama pun ramai berbicara kosong tentang agamanya.
Saling mengklaim sebagai yang terbaik dan paling benar sambil saling melecehkan. Sungguh memperlihatkan omongan kosong. Karena tidak memahami agamanya sendiri.
Karena agama lebih dianggap sebagai omong kosong. Tak heran debat kusir tiada habisnya. Tiada selesainya mempertentang perbedaan daripada berbicara tentang persamaannya.
Jangan heran juga, bila tujuan mulia dengan adanya agama untuk mendamaikan jiwa manusia, sehingga dunia menjadi damai sentoso masih menjadi omong kosong saja.
Kebenaran-kebenaran agama yang tiada putus disampaikan layaknya menjadi omong kosong.
Di atas mimbar rumah-rumah ibadah para pemuka agama berbicara tentang mengasihi. Baru selangkah para umat beragama sudah saling menebar benci dan tidak peduli pada sesamanya.
Saya tahu dan merasakannya. Sebab saya adalah yang menjadikan agama sebagai omong kosong. Sudah puluhan tahun beragama, belum juga membuat saya semakin baik dan semakin mengasihi. Luar binasa!
Apakah saya bangga? Tidak! Tapi malu! Yang ini semoga bukan omong kosong.