Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Omong Kosong Tentang Tidak Apa-apa

30 November 2012   15:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:25 199 2
Karena meremehkan sesuatu hal dan berpikir tidak apa-apa, maka terciptalah kesalahan yang besar. Sebab menganggap suatu perbuatan yang salah tidak apa-apa, maka lahirlah dosa-dosa. Tapi tahukah kita, bahwa akibat tidak apa-apa menyebabkan kesalahan dan dosa menumpuk?

Ketika anak-anak kita yang masih polos melakukan kesalahan, dengan tersenyum kita berkata,"Tidak apa-apa!"

Kita memaklumi bahwa mereka masih anak-anak. Tidak apa-apa berbuat salah. Mereka belum mengerti apa-apa.

Lain waktu berbuat salah lagi, tetap kita katakan,"Tidak apa-apa."

Apakah memang tidak apa-apa? Ya, anak-anak akan merekam semua itu di alam bawah sadarnya, bahwa berbuat salah itu tidak apa-apa.

Karena itu kalimat yang pertama yang mereka dengar, maka pasti sangat berkesan sekali. Akibat sering dianggap tidak apa-apa. Akhirnya menjadi kebiasaan.

Padahal justru ketika masih anak-anak, sebagai orang tua kita sudah mesti mengajarkan kepada mereka tentang mana yang salah dan mana yang benar.

Jadi kalimat 'tidak apa-apa' adalah omong kosong. Bukan kebenaran. Tanpa sadar kita telah menjerumuskan mereka dalam kesalahan.

Lihatlah hari-hari ini manusia demikian biasanya berbuat kesalahan dan begitu mudahnya melakukan dosa.

Awalnya hanya karena 'tidak apa-apa'. Banyak contohnya:

# Tidak apa-apa korupsi, toh orang lain juga melakukan.

# Cuma sekali ini berbohong, tidak apa-apa.

# Tidak apa-apa berbuat dosa, Tuhan Maha Pengampun.

# Tidak apa-apa, kalau sama-sama cinta melakukan perbuatan 'itu'.

# Sesekali berbuat salah itu, tidak apa-apa.

# Tidak apa-apa kalau mencoba sesekali narkoba.

Entah berapa banyak lagi omong kosong tentang tidak apa-apa itu.

Tidak apa-apa. Sungguh kalimat yang sangat menghipnotis. Membuat kita terlena. Bahwa berbuat salah itu tidak apa-apa. Melakukan dosa itu tidak apa-apa.

Ketika kita menyadari bahwa 'tidak apa-apa' itu adalah omong kosong untuk menjebak kita hidup dalam kebenaran. Sudah hampir terlambat.

Sebab berbuat salah dan dosa itu sudah menjadi santapan sehari-hari. Rasanya sudah sulit untuk ditinggalkan.

Jadi jangan heran bisa seseorang mau berubah menjadi baik dengan meninggalkan kesalahan dan dosanya sangat sulit sekali. Padahal awalnya hanya karena bisikan kata-kata,"Tidak apa-apa!"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun