Hal ini bisa dibuktikan mengalirnya dukungan melalui tulisan dan komentar setiap hari di rubrik Pilkada Jakarta. Baik secara elegan maupun menjurus kasar.
Apalagi setelah publik bisa melihat langsung perilaku pasangan petahana Foke-Nara saat kampanye dan debat di Jak TV dan Metro TV.
Senjata utama mereka tetap menggunakan isu SARA dan bercanda yang tidak lucu. Pemarah dan selalu menyerang pribadi Jokowi dan Ahok.
Hal ini semakin menimbulkan antipati publik.
Sementara itu Jokowi dan Ahok tetap tampil elegan dan cerdas, sehingga semakin menarik simpati masyarakat.
Dalam hal ini, khususnya kompasianers.
Tak dipungkiri, media Kompasiana dikuasai oleh pendukung atau simpatisan pasangan nomor 3. Pendukung Foke-Nara yang berani bersuara hanya beberapa.
Bagaimana dengan saudara tua Kompasiana, Harian Kompas?
Kalau diperhatikan, Kompas pun mendukung pasangan Jokowi-Basuki. Tidak percaya?
Kalau diperhatian Kompas edisi Sabtu (15/9) dan Minggu (16/9) menyiratkan dukungkan itu. Apakah karena menyuarakan nurani rakyat?
Pada rubrik klasika Sabtu di halaman 45, pada bagian atas halaman ada tulisan yang berbunyi: PASTIKAN! 20 SEPTEMBER 2012.
Pasti hal ini mengingatkan tentang Pilkada Jakarta yang berlangsung 20 September 2012.
Tetapi pada gambar terdapat seorang pria sedang menyoblos gambar nomor tiga. Siapa lagi kalau bukan Jokowi-Basuki?
Si pria tampak memakai baju kotak-kotak persis seperti yang sering dikenakan Jokowi-Basuki.
Begitu juga Kompas cetak edisi Minggunya. Di rubrik yang sama di halaman 33 masih memuat tulisan yang sama dengan gambar pria memakai baju kotak-kotak sambil memperlihatkan jari kelingkingnya yang sudah terkena tinta tanda sudah menyoblos.
Apakah ini sebagai bentuk dukungan pengelola Kompas untuk lahirnya pemimpin baru di Jakarta?