Sayang pada kesempatan itu Jokowi tidak bisa hadir, karena tidak mendapat izin dari Gubernur Jateng, Bibit Waluyo.
Sayangnya lagi, acara yang katanya deklarasi damai justru tidak berjalan damai. Selain tindakan pendukung yang berteriak dengan kata-kata tidak pantas. Foke dan Marzuki Alie masih gatal untuk menyindir ketidak-hadiran Jokowi.
Padahal absennya Jokowi sudah dijelaskan oleh Ahok. Ketidak-hadiran Jokowi karena patuh pada aturan.
Boleh jadi acara deklarasi damai Pemilukada sekadar omong kosong saja. Karena kehadiran Gubernur Fauzi Bowo, Kapolri Timur Pradopo, dan Ketua DPR Marzuki Alie tidak membuat pendukung pasangan Foke-Nara berulah.
Seperti yang dilaporkan Kompas.com, para pendukung Foke begitu bebasnya berteriak di bawa panggung.
"Woi inget 98 woi. … Siapa yang pindah-pindah, elo yang pindah-pindah. … Dasar pindah partai. … Woi ini bukan kampanye, … dasar pengkhianat. … Woi turun, woi. … Woi, selesaikan masa jabatan dulu. … Jangan pindah-pindah woi, …”
Hebatnya tindakan tersebut malah diapresiasi Foke dengan acungan dua jempol. Apa itu juga candaan atau gaya Foke untuk menenangkan pendukungnya?
Padahal dalam acara deklarasi damai itu, Ketua KPU DKI Jakarta, Dahlia Umar, menyatakan deklarasi damai ini merupakan momen untuk mengingatkan pemilih. Dia menambahkan, deklarasi ini seharusnya bisa dipakai oleh pasangan calon untuk berkompetisi dengan sehat dan menyelesaikan musyawarah mufakat. "Bukan dengan perseteruan." (Tempo.co)
Benar-benar omong kosong kan? Acara deklarasi damai masih berlangsung saja, pendukung Foke sudah menunjukkan perseturuannya dengan meneriaki Ahok yang sedang berpidato.
Ck ck ck....hebatnya para pejabat teras yang hadir diam seribu bahasa. Jangan-jangan sengaja dibiarkan?