Tetapi bagi saya masih menyisakan pertanyaan yang mengganggu pikiran.
Kalau yang palsu-palsu akhirnya akan ketahuan juga. Anas yang berusaha memalsukan plat nomor polisi mobilnya ketangkap basah . Karena dua mobilnya memiliki nomor yang sama, polisi B 1716 SDC. Lantas menimbulkan kecurigaan.
Begitu ketahuan. Si supir yang dijadikan kambing hitam. Alasannya supir yang mengganti nomornya. Aneh, kan? Berani-beraninya supir mengganti plat mobil tanpa sepengetahuan bos atau pemiliknya.
Pertanyaan yang mengganjal di benak saya. Apakah yang berani dipalsukan Anas itu bukan hanya plat mobil saja? Jangan-jangan pernyataan Anas yang bersedia digantung di Monas kalau ia terbukti korupsi sekalipun cuma satu sen itu juga palsu?
Kalau nanti ia terbukti _kalau loh!_ terlibat korupsi dalam kasus Hambalang dan masyarakat menuntut omongnya. Bisa saja ia berkelit,"Kan saya bilang kalau korupsinya satu sen! Lah, ini korupsinya kan miliaran! Gak acih ah."
Semoga ini hanyalah kecurigaan yang berlebihan.
Memang harus diakui. Salah satu keterpurukan bangsa ini adalah karena kehilangan sosok-sosok pemimpin yang bisa diteladani rakyatnya.
Kebanyakan perilakunya penuh dengan kepalsuan. Apa yang dilakukan yang katanya demi rakyat. Tak lebih hanya untuk kepentingan diri dan kelompoknya.
Apakah ini omongan kosong?