Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

BertobaT

10 April 2012   02:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:48 175 4
Tidak mudah mengakui kesalahan. Tapi lebih tidak mudah lagi mengakui kesalahan, lalu tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Tidak mudah mengakui kesalahan. Tapi lebih tidak mudah lagi mengakui kesalahan, lalu tidak mengulangi kesalahan yang sama.

#
"Papi, Dede baru habis BERTOBAT!" begitu suara nyaring terdengar dari si dede di telepon genggam saya sore itu.

"Loh, BERTOBAT soal apa, De?" tanya saya keheranan.

"Soal M-A-M-I....Dede banyak salah kemarin sama Mami!" sahut si dede.

"Kok soal mami aja. Sama Papi gak?" selidik saya.

"Papi juga sih...! Kan sama kedua orangtua." si dede menjelaskan.

"Syukurlah. Makanya Dede jangan suka bikin salah lagi sama orangtua. Jadi anak Papi itu mesti nurut, gak nakal." nasehat saya.
Berbuat salah dan mau mengakuinya. Lalu minta maaf dan BERTOBAT. Tidak mudah yang kita bayangkan.

Karena banyak di antara kita sudah berbuat salah tetap cuek saja. Alih-alih mau mengakui. Malah sibuk melakukan pembenaran.

Mau mengakui kesalahan, minta maaf dan BERTOBAT. Tentu membutuhkan keberanian dan ketulusan. Tidak semua bisa melakukannya. Tidak mudah.

Tetapi lebih tidak mudah setelah BERTOBAT kemudian tidak melakukan kesalahan yang sama.

Namun lebih dari itu, beruntunglah bila masih memiliki kelembutan hati untuk mau mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Masih ingat Tuhan untuk BERTOBAT.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun