Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ikhlas Dipoligami dan Ikhlas Tidak Dipoligami

7 Februari 2012   00:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58 3183 2
Bicara poligami memang tiada habisnya. Masih tetap hangat saja kalau dijadikan bahan pembahasan. Seperti pada sebuah acara perbincangan pada Minggu (05/2) di sebuah stasiun TV swasta.

Perbincangan selain berlangsung seru dan hangat. Tapi juga santai dan dihiasi canda. Bintang tamunya ada psikolog dan sosiolog.

Tak ketinggalan dua wanita yang pernah menjalani hidup sebagai wanita yang dipoligami.

Yang satu adalah janda mendiang penyair WS Rendra, Sitoresmi Prabuningrat. Satu lagi adalah mantan istri pertinggi Group Artha Graha, Peggy Melati Sukma.

Banyak hal menarik yang dibahas seputar poligami. Sampai ada istilah "selingkuh yang dilegalkan" oleh salah satu bintang tamu, Moammar Emka, penulis buku "Jakarta Undercover".

Dimana istilah itu sempat diprotes oleh bintang tamu lainnya, Sitoresmi. Tapi spontan dijelaskan oleh yang membuat pernyataan. Bahwa selingkuh sebenarnya artinya adalah membagi perasaan.

Poligami itu sendiri adalah ketika seorang pria membagikan perayaan kepada lebih dari satu wanita. Tetapi dilakukan secara resmi dengan adanya ikatan pernikahan. Jadilah poligami itu selingkuh yang dilegalkan.

Namun dari semua pembahasan yang paling menarik dan membuka pemikiran saya tentang poligami adalah pernyataan Sitoresmi dan Peggy. Walaupun keduanya berseberangan soal poligami. Tapi keduanya ikhlas.

Sitoresmi ikhlas menerima dirinya dipoligami oleh almarhum WS Rendra, sedangkan Peggy ikhlas tidak dipoligami oleh mantan suaminya, Wisnu Tjandra.

Dengan memilih bercerai ketika suaminya telah _ketahuan_ berpoligami. Setelah menikah beberapa tahun, baru diketahui ternyata Wisnu telah memiliki istri pertama.

Peggy melakukan hal itu, karena tidak ingin mencuri perasaan Wisnu untuk istri pertamanya. Sakit dan berat, tapi menurut Peggy itu adalah pilihan terbaik bagi hidupnya.

Peggy ikhlas melakukannya. Karena itu walau telah bercerai, tetap masih berhubungan baik dengan mantan suaminya. Masih bekerja di satu naungan tanpa harus menimbulkan rasa sakit hati.
Hidup harus terus berlanjut.

Poligami selalu berhubungan dengan rasa adil. Keadilan yang akan diterima oleh para istri. Dalam hal ini, Sitoresmi dengan bijak sekali menjawab.

Bahwa rasa adil itu akan ada ketika seorang wanita yang dipoligami ikhlas menerima perlakuan suaminya. Rasa adil itu tidak bisa dinilai angka atau nilai perhatian.

Sama halnya ketika manusia ada yang dilahirkan kaya ada yang miskin. Ada yang dalam keadaan normal, ada juga yang cacat. Secara logika memang tidak adil. Tetapi ketika ada keikhlasan untuk menerima, maka rasa adil itu akan ada.

Bicara soal ikhlas, saya juga ikhlas kok menulis soal poligami ini. Ikhlas juga kalau ada yang mau dipoligami ha ha ha ...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun