* + * + * +
Ana al-haq, demikian kalimat yang diucapkan Mansur Al Hallaj dan Fir'aun. Banyak yang menerjemahkan menjadi "Akulah Tuhan" diantara artinya lainnya. Tentunya sulit untuk mengatakan mana yang paling benar, saya yakin hanya orang yang mengucapkan yang paling mengerti kebenarannya. Orang lain hanya berusaha untuk menjelaskan kebenarannya.
Jadi, paling hanya bisa mendekati kebenaran dari kalimat yang dimaksud. Malah bisa saja salah dan melenceng jauh dari makna yang sesungguhnya.
Sampai saat ini entah sudah berapa banyak orang yang menuliskan kebenaran ini sesuai dengan kapasitasnya.
Dalam hal ini, saya juga hanya untuk menuliskan kebenaran sesuai dengan yang saya pahami semata.
Apa yang dimaksud "Ana al - haq" dan diterjemahkan menjadi "Akulah Tuhan" antara Al Hallaj dengan Fir'aun tentu saja berbeda dan bertolak belakang maknanya.
Saya yakin Al Hallaj mengatakannya secara spontanitas dan penuh kerendahan hati, sedangkan Fir'aun dipastikan mengucapkannya dengan tujuan tertentu dan penuh kesombongan.
Tentu saja Al Hallaj jauh dari maksud mengakui dirinya sebagai Tuhan oleh karena telah mencapai sebuah kesadaran.
Sedangkan Fir'aun jelas-jelas bermaksud untuk mengakui dirinya sebagai Tuhan, oleh karena kebodohannya.
Satu hal lagi, saya yakin kalimat "Akulah Tuhan" terkatakan oleh Al Hallaj adalah karena sebuah pencapaian tertinggi seorang manusia akan kesejatian dirinya. Ia telah membebaskan dirinya dari kerangkeng keakuannya. Dengan kata lain sudah tersadarkan.
Dengan sudah tidak adanya keakuan, sehingga ia mencapai kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari, oleh, dan untuk Tuhan. Tentu saja pencapaian ini sulit dicapai orang yang masih awam.
Sekali, hal ini tentu berbeda dengan seorang Fir'aun yang masih penuh keegoan, sehingga apa yang dilakukan adalah kearogan, gila kekuasaan dan kehormatan. Bukannya mencapai kesadaran tapi justru terjerumus dalam kesesatan menjadi manusia.
Nah, menurut saya sesungguhnya secara diam-diam sifat inilah yang telah merasuki kita pada saat ini, walaupun tidak secara terang-terangan kita meneriakan "Akulah Tuhan".
Karena keakuan yang kita miliki belum terbebaskan, sehingga kesombongan terus menyertai kita. sehingga sulit rasanya sifat-sifat Tuhan menyertai hidup kita dalam setiap langkah.
Semoga waktu yang ada dan tersisa akan segera menyadark,an kita dan tersadarkan, sehingga tidak membuat hidup kita semakin tersesat lalu berteriak, "Akulah Hantu".