* + * + * +
Soal keadilan hukum, jelas-jelas masih jauh dari adil. Karena bicara kesalahan antara koruptor dan teroris dan pengedar narkoba jelas tak jauh berbeda kadar kesalahannya.
Dari perlakuanpun jelas sekali berbeda. Koruptor diperlakukan layaknya aktor atau artis, sedangkan teroris dikawal dengan wajah-wajah seram.
Saya buta hukum sama sekali. Tetapi saya merasakan ada ketidakadilan hukum antara teroris, pengedar narkoba, dan koruptor.
Untuk teroris dan pengedar narkoba berlaku hukuman mati. Tetapi terhadap koruptor belum ada sejarahnya. Yang ada justru mendapatkan perlakuan istimewa dari segi hukum. Hukuman ringan dan kemudian mendapatkan remisi dengan mudahnya.
Teroris jelas bersalah karena menghilangkan nyawa orang. Begitu juga dengan pengedar narkoba yang dapat merusak dan meracuni generasi bangsa.
Koruptor?
Apakah semata dikatakan kesalahannya hanya merugikan uang negara?
Menurut saya, koruptorpun bisa dikategorikan pembunuhan.
Mengapa?
Bayangkan, gara-gara dana bantuan untuk bencana alam disunat sana-sini akibatnya ada warga yang tidak kebagian atau kekurangan bantuan harus mati kelaparan.
Akibat dana untuk pembuatan jalan yang dikorupsi habis-habisan banyak jalan yang bolong sana-sini mengakibatkan pengendara mati kecelakaan.
Akibat dana untuk membangun sekolah dikurangi untuk masuk kantong pribadi, sekolahan cepat runtuh, banyak murid-murid tertimbun dan mati.
Akibat dana bantuan kesehatan dibagi-bagi untuk kepentingan pribadi, sehingga layanan kesehatan tidak memadai, banyak menimbulkan kematian masyarakat.
Bila diurutkan kemungkinan bisa lebih panjang lagi.
Belum lagi kerugian-kerugian material yang ditimbulkan akibat perbuatan korupsi.
Herannya, mengapa hal ini tidak menjadi pertimbangan ahli-ahli hukum yang membuat undang-undang untuk kasus perbuatan korupsi?!
Jangan-jangan pembuatan undang-undangnya juga sudah terkena virus korupsi!