Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Menyembah Kwan Im Vs Menyembah Yesus = Dua-Duanya Salah!!!

24 November 2009   22:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:12 1644 0
Toleransi!!! Sudahkah aku memahaminya dengan sebenar-benarnya? Mendalam atau hanya pada permukaan saja? Mari....kita renungkan dalam-dalam! Suatu hari seorang teman saya di Serang , sahabatnya bermain kerumahnya . Karena teman saya ini dirumahnya adalah menyembah dewi Kwan Im _Avalokiteswara _ sehingga temannya tak berani masuk dan mereka mengobrol didepan rumah. Kebetulan temannya ia adalah penganut Kristen yang fanatik. Ia merasa tidak nyaman dan ada perasaan alergi pada yang namanya patung. Maka ia langsung berkata, "Eh, kamu mengapa mau- maunya menyembah patung? Itu kan berhala! Mereka itu benda mati, bagaimana bisa menyelamatkan kamu. Hanya Yesus adalah Sang Penyelamat, dan ia yang bisa menyelamatkan kita! Kamu itu bodoh sekali! " Dengan berapi-api temannya menjelaskan bagai berkhotbah. Walaupun sedikit tersinggung, teman saya ini menjawab, "Kamu bilang saya menyembah berhala? Kamu tidak mengerti soalnya apa yang saya sembah. Kalau kamu bilang saya menyembah patung, bukannya kamu menyembah patung juga? Kalau dibanding-banding, masih bagusan menyembah patung Kwan Im, dipakai baju dan sopan , daripada menyembah patung Yesus yang hampir telanjang dan porno! " Eh, temannya itu malah menjadi marah dan tidak terima Yesus dihina begitu. Akhirnya mereka jadi berdebat tidak ada yang mau kalah. Jadi, siapa yang salah? Ya, dua-duanya yang salah, karena saling menghina, tiada toleransi dan merasa benar sendiri, mungkin kalau terpaksa harus diakhiri dengan berkelahi. Inilah yang sering harus kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Karena tiadanya saling menghormati dan memahami. Sering kali kefanatikan itu menutup mata hati kita untuk dapat menerima dan menghargai perbedaan yang ada. Selalu merasa diri sendiri yang benar tanpa bisa untuk menerima kebenaran lain yang tidak kita pahami dengan benar. Kefanatikan itu sesungguhnya menjauhkan diri kita pada esensi agama yang sejatinya. Kefanatikan itu hanya ada, saya yang benar, kalian yang salah. Banyak diantara kita, sesungguhnya masih mempunyai hati kefanatikan dalam diri kita masing-masing, walau kita tidak jujur mau mengakuinya. Toleransi yang ada, hanya tampak dipermukaan saja, tetapi didalam hati masih ada hati yang curiga dan tak bisa terima arti perbedaan yang ada dalam hal beragama.Bukankah demikian? Adakah kita mempunyai hati toleransi yang sesungguhnya dalam makna yang indah dan kasih? Bisakah kita menerima dan memaknai setiap ajaran yang ada diluar dari yang telah kita terima sebagai sebuah kebenaran juga? Adakah kita mempunyai pemikiran bahwa agama dan ajaran yang kita terima adalah jodoh dan panggilan kehidupan kita? Begitu juga yang dilakukan orang lain terhadap agama dan ajarannya? Tuhan tidak pernah membedakan kita, lalu mengapa kita harus saling membedakan? Mengapa harus ada amarah dan pertumpahan darah hanya karena sebuah perbedaan tanpa makna ini? Mengapa kita sulit dengan merendahkan hati untuk mengakui,dan berkata, "Sahabatku, bahwa aku menjadikanmu sahabat dan mencintamu apa adanya sebagaimana kamu ada! " Mengapa kita lebih suka dalam kepura-puraan menerima tetapi dengan hati yang tinggi mengatakan, "Aku mau menerimanu karena keadaan dan oleh keterpaksaan. Karena kita memang berbeda adanya dan sesungguhnya aku tidak bisa dengan rela menerimamu oleh perbedaan itu! " Oh, Tuhan, sungguh aku ingin merenungi suara hati yang mengalir dalam air mata ini dalam-dalam untuk mencerahkan hatiku yang masih hitam dan buram!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun