Sesungguhnya kebutuhan manusia tidak banyak dalam hidup ini, namun yang banyak itu adalah keinginan inderawi. Demi memenuhi nafsu keinginannya, manusia memenuhi kebutuhannya lebih daripada yang dibutuhkan. Tujuannya untuk menggapai kebahagiaan, tetapi justru menjadi penderitaan.
Apa yang menjadi kebutuhan hidup kita? Kalau mau dipikir sebenarnya tidak sebanyak yang kita bayangkan. Kebutuhan utama yang paling pokok adalah untuk jasmani dan rohani. Makan, tempat tinggal dan pakaian dan belajar hakekat kebenaran merupakan kebutuhan primer. Tetapi karena kita tidak memahami tujuan hidup kita di dunia, maka kita malah melupakan kepokokan itu dan memaksakan diri mengutamakan kebutuhan pelengkap (sekunder) atau malah ke kebutuhan tersier (mewah).
Kebutuhan Pokok Jasmani dan Rohani
Kebutuhan pokok tubuh tidak lebih dari mencerna makan agar kita dapat bertahan hidup. Bertempat tinggal untuk terhindar dari panas dan hujan. Pakaian adalah untuk menutup tubuh sebagai bentuk manusia yang berbudaya juga untuk menghindari dari panas dan terpaan angin.
Untuk memenuhi kebutuhan pokok tubuh kita yang memenuhi standar kesehatan sesungguhnya cukup dengan makanan sederhana yang ada di sekitar kita. Tetapi atas nama keinginan memenuhi nafsu selera kita harus mengeluarkan lebih biaya untuk mengolah makanan tersebut yang pada akhirnya justru menjadi tidak menyehatkan. Misalnya makanan digoreng dan diberi bumbu - bumbu penyedap yang berlebihan.
Begitu juga dengan tempat tinggal dan pakaian demi memenuhi selera keinginan, kita harus bersusah payah membangun rumah yang mewah dan pakaian yang mahal mengikuti model yang ditawarkan. Bahkan kita membuat hidup ini menjadi rumit cuma untuk mengikuti keinginan dan melupakan kepokokan dari tempat tinggal dan pakaian. Hidup yang sejatinya bisa menjadi sederhana, malah kita rumitkan.
Sama halnya dengan kebutuhan pokok untuk jasmani, demikian pula dengan kebutuhan pokok untuk rohani kita. Yakni memberikan asupan hakekat kebenaran yang kita butuhkan sesuai keyakinan. Mungkin ini yang sering kita lupakan bahwa rohani kita pun mempunyai kebutuhan pokoknya dengan santapan rohani. Sebab bila tak terpenuhi bisa menimbulkan dampak negatif sama halnya dengan kebutuhan jasmani.
Melupakan yang Pokok Mengutamakan yang Pelengkap atau Kemewahan
Teorinya adalah setelah terpenuhinya kebutuhan primer barulah memenuhi kebutuhan sekunder. Setelah mampu memenuhi kebutuhan keduanya barulah memenuhi kebutuhan tersier. Tetapi keinginan tentu tidak mau main teori - teorian. Nafsu keinginan untuk memenuhi gaya hidup akan mengabaikan hal - hal yang pokok.
Bukan omong kosong kalau ada yang memilih hidup hemat untuk kebutuhan pokoknya tapi malah royal untuk memenuhi keinginannya pada kebutuhan pelengkap. Ada yang rumah masih kontrak tapi untuk memenuhi keinginan gaya hidup bisa beli mobil walau dengan kredit.
Ada juga yang seperti saya, untuk memenuhi kebutuhan pokok saja pas - pasan tapi malah memaksakan diri beli telepon genggam juta - jutaan dengan cara mengutang. Demi memenuhi selera gaya hidup semuanya pakai kredit. Mobil, televisi, jam tangan, komputer dll. Giliran bayar pusing tujuh keliling.
Ada yang demi memenuhi keinginannya akan harga diri agar terpandang menenteng tas yang harganya ratusan juta. Tetapi di rumah tidak memandang harga diri pembantunya dan menganggap remeh sekelilingnya. Ya, memang ada - ada saja.
Memahami Tujuan Hidup
Apa tujuan hidup kita di dunia? Secara keduniawian tentu kita masing - masing akan punya tujuannya. Tetapi yang paling pokok hidup bukanlah untuk sekadar memenuhi segala nafsu keinginan demi mendapatkan kesenangan atau kebahagiaan semu. Kebahagiaan yang semakin dikejar dengan memenuhi nafsu keinginan pada akhirnya tidak akan membahagiakan lagi. Hidup menjadi jenuh ketika tak ada yang bisa dikejar lagi.
Sejatinya hidup kita adalah membina diri dengan mengendalikan segala nafsu keinginan yang masih bergelora dan kemudian bisa hidup kembali kepada pemenuhan akan kebutuhan utama yang memang harus demi kelangsungan hidup.
Hidup terbelenggu dengan mengikuti nafsu keinginan yang kita harapkan untuk mendapatkan kebahagiaan, tanpa kita sadari justru membuat kita menderita. Namun pada saat kita bisa mengendalikan segala nafsu keinginan itu dengan sendirinya kebahagiaan itu menjadi milik kita.
Sejatinya tujuan hidup kita salah satunya adalah pengendalian diri agar segala keinginan yang masih ada dapat dikendalikan, sehingga membuat kita tidak selalu memenuhinya. Ibarat budak yang selalu harus mengikuti keinginan tuannya. Jadi jangan sampai kita menjadi budak dan keinginan menjadi tuan.
Apakah dengan memenuhi segala keinginan akan segala kebutuhan pelengkap dan kemewahan akan membuat hidup kita lebih berharga diri lebih daripada hidup yang dapat mengendalikan segala keinginan yang berlebih?
Pikirkanlah! [seperti yang sering dituturkan Krisna dalam drama seri Mahabrata]. Iya, jadi ikutan berpikir untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri