Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Bebas

3 Juli 2014   21:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:37 139 13


Apa itu kebebasan? Apakah kebebasan itu bebas melakukan apa saja?



Katanya ini zaman kebebasan, sehingga ada  memahaminya dengan bebas untuk melakukan apa saja. Bebas mencaci - maki yang tidak disukai. Bahkan termasuk menghujat pemimpinnya di media sosial tanpa risih. Bebas buka - bukaan baju. Bebas melakukan penzinahan. Bebas menyebar fitnah. Bebas berbuat korupsi.



Padahal yang melakukan tidak sedikit yang berpendidikan. Ada hal yang kita lupa, bahwa kebebasan kita tidak boleh mengganggu  kebebasan orang lain.



Bebas merokok di mana saja, tidak peduli di sampingnya ada yang juga memiliki kebebasan untuk bebas dari asap rokok. Ada yang berpikir bebas kebut  - kebutan di jalan raya, tidak peduli akibat kebebasannya hampir mencelakakan orang yang ingin bebas menikmati perjalanan yang aman dan nyaman.



Jadi semua tergantung kepentingan kita memaknai kebebasan itu. Memahami dengan keakuan kita yang mau menang sendiri atau kesejatian yang bisa bebas dalam pengendalian.



Kebebasan adalah ketika kita dapat membebaskan diri kita kehendak hawa nafsu. Hidup lepas tanpa penguasaan keserakahan, kebencian, kemarahan.



Kebebasan yang kita pahami sekadar membebaskan diri dari kekangan oleh penguasaan orang lain atau keadaan. Bebas melakukan sesuatu tanpa rasa takut. Bebas karena merasa tidak ada yang berhak melarang. Bebas melampiaskan segala keinginan dan nafsu. Itu sebabnya kebebasan yang terjadi adalah ibarat banteng liar yang bebas dari kandangnya.



Kita tidak memanfaatkan kehendak bebas yang ada untuk melakukan kebebasan yang lebih tinggi. Yakni kebebasan untuk membebaskan diri dari kehendak nafsu dan keinginan. Sebab keinginan kita semata hanya ingin bebas dari kungkungan secara jasmani.



Kita tidak menyadari hidup kita masih belum lepas dari penjajahan nafsu - nafsu duniawi. Seperti keserakahan, kebencian, kemarahan, kesombongan dan iri hati. Merasa paling benar,  dan ingin menang sendiri. Masih ada keinginan untuk menghakimi.



Perjuangan hidup kita sepanjang masa adalah membebaskan diri untuk meraih kebebasan para penjajah jiwa kita yang sayangnya hampir terlupakan jsutru di zaman kebebasan diteriakan.



Kebebasan sejati ketika kita dapat hidup dengan jiwa yang lepas.



Mengapa masih ada penderitaan atau ketidaknyamanan yang kita rasakan dalam hidup kita walau hidup di negara yang merdeka?

Sebab kepastiannya adalah kita belum membebaskan jiwa kita dari kekotoran batin yang ada. Masih ada yang membelenggu jiwa kita. Terutama adalah adanya badan kasar ini. Tentu kesejatian itu ketika jiwa ini bisa lepas dari raga dalam kesuciannya.

Tetapi selagi kehidupan masih ada, tentu jiwa membutuhkan rumah dan jiwa melalui raga inilah memiliki kehendak bebas untuk membebaskan dirinya.

Ada istilah, meminjam yang palsu untuk membina yang asli. Dengan kata lain meminjam badan kasar yang palsu karena suatu saat akan hancur dan berubah bentuk untuk menyempurnakan kembali jiwa yang merupakan diri kita yang sejati. Dimana pada waktunya akan lepas landas kembali ke asal.


Kebebasan yang sesungguhnya adalah ketika kita dapat hidup sesuai kehendak jiwa sejati. Bukan kebebasan atas kehendak nafsu.

Kalau boleh jujur, manusia saat ini masih hidup lebih dengan menggunakan kebebasan keingginan dan nafsu. Belum sepenuhnya hidup dalam kebebasan kehendak jiwa sejati.

Tak heran apabila kebebasan yang hadir adalah yang tak sesuai dengan hakekat kebenaran. Ego masih menjadi pemegang kendali. Tak heran kebebasan yang ada malah membuat dunia ini semakin kacau dan tak beraturan. Jauh dari etika. Aturan dianggap hanya mengekang kebebasan. Untuk itu aturan dengan bebas dilanggar.

Atas nama kebebasan berekspresi dan seni, manusia bisa bebas menelanjangi diri atau bebas berpendapat tanpa takut kalau ada yang terganggu atau tersakiti. Kebebasan yang membuat dunia kehilangan kedamaian.

Orang bijak mengatakan, sesungguhnya kebebasan yang mendamaikan dan membahagiakan adalah ketika manusia sudah bisa bebas hidup sesuai kehendak jiwa sejati. Bebas dari segala belenggu duniawi. Bebas dari keinginan yang dipengaruhi nafsu.

Ah, perjalanan masih jauh tetapi itulah jalan yang semestinya dijalani oleh kita, anak - anak manusia untuk meraih kebebasan sejatinya kelak.


katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun