Siapa yang tidak suka dengan berlian? Berlian merupakan batu permata yang paling mahal di dunia ini yang diproses dari batu intan yang menjadi dambaan setiap orang untuk memilikinya. Bila ada berlian yang diberikan gratis kepada kita, pasti akan berbondong - bondong untuk berdesakan mendapatkannya walau harus antre panjang dan perlu pengorbanan tenaga.
Tentu juga perlu perjuangan dan mwenanggung risiko karena harus berebutan dengan banyak manusia lain. Tetapi kita rela - rela saja melakukannya. Bukan begitu? Untuk dapat sembako yang tak seberapa harga saja sampai ada yang pingsan - pingsan apalagi berlian?
Keduniawian Memang Menarik dan Penting Tetapi untuk Memuaskan Nafsu Keegoan Saja
Dalam hidup kita tidak segan akan berjuang untuk mencari kekayaan sebanyak - banyaknya sehingga suatu saat kita bisa membeli berlian sebagai tanda kesuksesan. Untuk itu kita rela melakukan apa saja. Berkorban banyak waktu, perasaan dan bahkan rela meninggalkan orang - orang yang dicintai.
Demi sibuk mencari berlian yang berkilauan sebagai simbol kesuksesan hidup, banyak di antara kita sampai lupa untuk menggali berlian yang paling berharga yang ada di dalam diri kita. Pusaka yang tidak ternilai dengan apapun yang ada di dunia. Namun kita lebih memuaskan nafsu keegoan.
Keduniawian memang sangat menarik hati kita. Demi untuk mencari kekayaan kita rela berkorban apa saja. Bukannya hanya berkorban waktu dan perasaan. Bahkan kita tak segan berkorban menukarnya dengan kejujuran dan menjual harga diri.
Kekayaan duniawi belum pasti akan memberikan kebahagiaan sejati kepada kita. Tetapi yang pasti hanya akan memberi kepuasan kepada nafsu keegoan dan menjadikan kita tinggi hati. Tidak sedikit manusia yang memiliki banyak kekayaan namun jiwanya dalam kemiskinan yang tak mengerti belas kasih. Tak menemukan makna dari kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebab bahagia yang ada hanyalah bagaikan ilusi.
Kepintaran Memang Menarik dan Penting Tetapi Tak Bisa Membuat Berlian Hati Berkilau
Siapa yang tidak ingin pintar? Bahkan demi sebuah kepintaran kita rela mengejarnya sampai jauh di seberang benua dengan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Siang malam kita belajar supaya pintar.
Bagi kehidupan kita saat ini kepintaran memang penting bagi kemajuan hidup kita. Namun kepintaran yang ada seringkali justru menjadi penghalang untuk menyadarkan diri untuk mencari berlian yang sejati. Kita berpikir bahwa kepintaran adalah segalanya. Omong kosong dengan yang lain. Apalagi bicara urusan hati.
Kini manusia berlomba - lomba untuk menjadi pintar. Otak yang lebih digunakan untuk bekerja, sehingga hati semakin merana. Dengan kepintaran yang ada kita tak risih melakukan hal yang bertentangan dengan kebenaran.
Sebab dengan kepintaran membuat kita pandai bersilat lidah dengan segala pembenaran. Dengan kepintaran kita ahli mengakali kebenaran. Yang salah pun bisa dijadikan benar dengan permainan logika yang membingungkan.
Dengan kepintaran yang ada, alih - alih membuat berlian di dalam diri bersih dari debu - debu, sehingga menjadi berkilauan. Tetapi semakin tertutup oleh lumpur kepintaran.
Tak heran level moralitas kehidupan kita saat ini yang mendewakan kepintaran semakin terpuruk. Kejahatan bisa dilakukan tanpa malu - malu lagi. Moral etika hanya menjadi permainan bukan lagi yang harus dijunjungi tinggi.
Ziarah Batin Ujung - ujungnya Memuaskan Keegoan
Di antara kita juga banyak yang tertarik untuk melakukan ziarah ke tempat - tempat suci atau ziarah batin. Tentu tujuannya sangat mulia melakukan ziara batin ini dimana diharapkan dapat memperkaya batin dan membuat berlian hati semakin berkilau.
Ada teman yang suka melakukan perjalanan ini. Pergi ke tempat - tempat suci keagamaan. Ketika pulang ia selalu menceritakan akan tempatnya yang indah dan ajarannya yang sakral. Ada nada kebanggaan bisa mengunjungi tempat tersebut yang bagi banyak orang masih menjadi mimpi.
Ada yang pergi jauh - jauh melakukan ziarah batin tapi yang didapat sekadar kebanggaan untuk memuaskan egonya saja. Sebab batinnya menjadi tidak lebih cerah. Bahkan lupa untuk melakukan ziarah batin yang paling dekat dengan dirinya, Mencium wangi harum berlian surgawinya.
Sibuk Mencari Berlian Duniawi Lupa dengan Berlian yang Sejati
Hari - hari kehidupan saat ini mau tidak mau harus membuat kita sibuk mencari kekayaan _bahkan menjadi kaya sudah menjadi tujuan hidup_ sehingga berani melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Hidup memang perlu uang. Namun sayangnya keserakahan seringkali menjadi hantu, sehingga membuat kita ingin memiliki lebih dan lebih.
Begitu juga dengan kepintaran, kita selalu sibuk mencarinya. Kita menganggap kepintaran itu nomor satu yang akan memberikan kebanggaan kepada kita sebagai manusia. Gelar - gelar yang ada menjadi sangat berharga.
Apakah semua itu lebih berharga daripada berlian sejati milik kita? Berlian jiwa yang ada adalah permata yang tak ternilai dengan harta dunia. Namun tidak perlu membeli dengan uang dan menemukannya dengan kepintaran. Tidak perlu juga jauh - jauh sampai ke ujung dunia mencarinya. Sebab berlian itu tepat ada di dalam diri kita.
Berlian yang tiada ternilai itu bernama Hati Nurani. Berlian yang berkilauan dengan memancarkan cinta kasih dan penuh integritas.Harta karun yang tak ternilai namun sering diabaikan, sehingga tak berguna apa - apa. Sekadar menjadi pusaka terpendam yang tak ada nilainya. Sayang memang.
Afirmasi :
Tuhan, semoga kesadaran selalu menyertai kami, sehingga hari - hari kami selalu mengingat akan pusaka berlian berkilauan yang ada di dalam diri ini sebagai sesuatu yang paling berharga dan harus berguna bagi kehidupan kami. Sibuk mencari kekayaan duniawi dan kepintaran namun tidak membuat kami lupa untuk terus menggali kebenaran sejati yang ada di dalam diri ini. Semoga waktu - waktu kami lebih banyak berziarah ke dalam batin untuk menemukan kebenaran sejati dan berlian cinta kasih.
katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri