Faktor Kekalahan Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games 2019
9 November 2012 04:58Diperbarui: 24 Juni 2015 21:4344001
Pemilihan kota Surabaya : secara infrastruktur masih belum siap, kemacetan banyak terjadi disetiap tempat. Transportasi massal masih menjadi masalah utama dikota nomor dua terbesar di Indonesia. Surabaya saat ini sudah mempunyai stadion Bung Tomo yang berkapasitas 55.000 penonton dan diresmikan dibulan Agustus 2010 yang lalu. Tetapi insiden mati lampu ketika pertandingan antara QPR vs persebaya beberapa waktu lalu menjadi catatan tersendiri. Sebuah stadion megah yang baru dibangun, tetapi belum siap untuk dari sisi kebutuhan power supply. Dan bahkan dari cerita teman saya yang asli Surabaya ketika menonton pertandingan waktu lalu, bau sampah sempat menyeruak disekitar stadion tersebut. Karena lokasinya dekat pembuangan sampah, mungkin saja ketika tim OCA tiba di Surabaya untuk menilai kesiapan setiap calon kota tuan rumah, bau sampah tidak mungkin dihindari. Karena baunya akan mengikuti arah angin.
Kesiapan Indonesia : memang kita telah sukses menjadi tuan rumah sea games 2011 di Palembang dengan upacara pembukaan dan penutupan termegah di asia tenggara saat ini. Tetapi ingat kasus peristiwa korupsi yang terjadi saat pembangunan. Dan bahkan hingga H-1 sebelum acara pembukaan, masih banyak venue yang belum rampung. Bahkan terkesan seperti Loro Jonggrang, membangun sebuah komplek dalam waktu sebulan. Wisma Atlit pun dikorupsi, masih ingat ketika saya membaca di kompas, sebuah kamar mandi atlit ditemukan bak dari bekas cat dan gayung. Sangat memalukan untuk wisma atlet sekelas internasional, kamar mandinya seperti kamar kostan. Hal-hal seperti ini pasti menjadi perbincangan diantara wakil-wakil komite OCA ketika di Macau. Persiapan dan keseriusan adalah menjadi hal utama yang harus diperhatikan dengan hati-hati.
Kasus Korupsi : pembangunan komplek olahraga Jakabaring pun dikorupsi oleh tikus-tikus negri ini dan bahkan PON juga mengalami hal sama, lebih parah dari sea games. Menpora pun kini menjadi salahsatu tersangka kasus korupsi. Tentu saja hal ini menjadi preseden buruk bagi keolahragaan negri ini dimata dunia. Para wakil komite OCA pun tidak menutup mata, mereka mencari beragam informasi dari internet, koran, dll mengenai Indonesia. Korupsi sudah menjadi citra buruk bagi negri ini.
Presentasi yang buruk : ketika membuka situs youtube dan melihat http://www.youtube.com/watch?v=ZkBapFjGdWA saya menjadi pesimis ketika melihat video bidding kota surabaya yang terkesan sangat sederhana sekali. Memalukan untuk proses bidding internasional, kita masih menggunakan video sederhana seperti ini. Mungkin saja, video ini masih belum resmi. Seharusnya kita belajar dari Brazil yang sukses menjadi kota Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016, pemerintah Brazil menyewa jasa konsultan pemasaran yang berhasil memenangkan London sebagai tuan rumah Olimpiade 2012. Mereka benar-benar serius mulai dari video, pemaparan venue, website, mascott, dll hingga melobi setiap negara anggota Olympic Council. Dengan video murahan seperti ini, sudah pasti kita akan kalah. Tidak ada sesuatu yang membanggakan dari video pemaparan bidding ini.
Lobbying : hal terakhir yang tidak dilupakan adalah faktor X yaitu melobi setiap wakil dari 45 negara di Asia agar bisa memilih calon tuan rumah. London sampai harus mengirim Perdana Menterinya ke Singapura untuk menjadi calon tuan rumah olimpiade musim panas 2012. Brazil pun tidak kalah, tetapi Indonesia hanya diwakili Menpora, Ketua KONI dan Gubernur Jatim. Presiden hanya mengirimkan video dukungan, sementara beliau sedang sibuk dengan acara Bali Democracy Forum di Bali. Seharusnyanya agenda-agenda penting seperti ini jangan sampai terlewatkan dan kesannya dikesampingkan.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.