“I'm sorry we kept you waiting for so long..” kata Mick Jagger. Ya, ini adalah konser The Rolling Stones di Adelaide, yang menjadi konser pembuka untuk tour mereka di Australia dan New Zealand. Konser yang seharusnya dijawalkan di bulan Maret 2014 ini terpaksa mundur jauh ke belakang karena musibah kematian L’Wren Scott kekasih Mick Jagger. Penggemar setia mereka tak bergeming, sebagian besar pembeli tiket tetap memegangnya selama 7 bulan sebelum mereka bisa melihat sang legenda.
Bertempat di Adelaide Oval, stadion olahraga dengan kapasitas 55.000 orang yang menjadi kebanggaan warga Adelaide, kota kecil ini sukses mendatangkan para dewa music rock ke halaman mereka. Adelaide adalah satu-satunya konser dengan skala stadium dalam tour mereka. Menggunakan panggung dan perangkat yang sama dengan konser mereka di Hyde Park di London, mereka membuat ukuran panggung terbesar yang pernah dipakai selama tour The Rolling Stones. Sejumlah 200 orang crew sudah mulai bekerja sejak seminggu sebelum acara, tidak tanggung-tanggung sejumlah 52 truk container membawa keseluruhan perlengkapan untuk konser ini. Mick Jagger, dan Ronnie Wood sudah berada di Adelaide sejak 11 hari sebelum konser, mereka melakukan rehearsal di kota kecil ini jauh sebelum hari H untuk persiapan konser.
Berbeda dengan konser SLANK atau IWAN FALS di Indonesia, suasana konser di Adelaide cukup nyaman dan aman. Tidak terlihat calo tiket, pedagang liar, atau pengunjung yang berdesakan memasuki arena. Sebagian penonton terbang melintasi benua dari Kuala Lumpur, Tokyo, bahkan Alaska untuk menyaksikan konser ini. Nampak pula beberapa wajah penggemar The Rolling Stones yang dikenal di Indonesia, antara lain Ronal Surapradja dan tentu saja para personil The Changcuters. Harga tiket untuk konser The Rolling Stones tidak murah, berkisar dari 2-5 Juta Rupiah, belum lagi biaya perjalanan jika Anda dari Indonesia, namun sungguh semua itu sepadan karena mereka adalah satu-satunya legenda hidup yang masih ada di kancah musik rock.
Adelaide oval dibuka pada pukul 5 sore, sementara jadwal show dimulai pada jam 7 malam. Jeda waktu ini memberikan kenyamanan bagi penonton untuk masuk ke stadium, mencari tempat duduk mereka dengan santai tanpa harus berkeringat. Ini adalah konser yang “rapi” untuk ukuran konser musik rock. Di dalam stadium, setiap 20 meter terdapat petugas keamanan dari AEG security, sebuah perusahaan pengamanan event professional yang akan segera menunjukkan lokasi dimana tempat duduk sesuai tiket anda berada. Antrian panjang hanya terlihat di booth tempat penjualan original merchandise. Di tempat ini kaos original tour The Rolling Stones dijual seharga 50$ atau sekitar lima ratus ribu rupiah. Antrian juga terlihat di booth dan bar untuk membeli minuman mulai dari yang minuman yang sehat, sampai dengan bir, atau minuman beralkohol lainnya. Ya, pengunjung dipersilahkan untuk membawa gelas bir mereka ke tempat duduk. Go ahead, get drunk and enjoy the show!.
Tanpa kata pembuka, acara langsung digebrak oleh JIMMY BARNES, rocker gaek asal Australia kelahiran Adelaide yang juga vokalis dari group rock COLD CHISEL. Beberapa hits yang terkenal di tahun 90 an seperti Lay Down Your Guns, No Second Prize, dan Working Class Man nampak familiar bagi penonton asal Australia yang ikut menyanyi. Setelah beberapa lagu dari era Cold Chisel, pukul 8 malam Jimmy berpamitan dari panggung diiringi tepuk tangan dari penonton. Lalu panggung kembali sepi, semua menunggu empat orang dewa musik rock. Tanpa mereka, musik rock and roll tidak akan seperti saat ini. Mereka memulainya lebih dari 50 tahun yang lalu, menciptakan cetak biru untuk menjadi band rock and roll untuk kemudian ditiru generasi berikutnya, dan masih eksis sampai sekarang!. Dengan formasi yang tidak banyak berubah selama lebih dari 50 tahun, sulit dibayangkan ikatan emosional untuk menjaga keawetan hubungan antar personil The Rolling Stones.
Pukul 8.40 lampu menyala, musik intro yang familiar mulai terdengar, beberapa musisi memasuki panggung dan mulai menempatkan diri. Dari kegelapan muncul sosok bayangan empat orang yang sudah ditunggu-tunggu. “Ladies and gentlemen.... The Rolling Stones!” . Di belakang perangkat drum Charlie Watts (73 tahun) nampak segar dengan kaos hijau dan rambut putihnya. Keith Richard (70 Tahun) masuk ke panggung dengan bandana favorit berwana rasta merah kuning hijau, disusul Ronnie Wood (67 Tahun) anggota stones “termuda” yang malam itu mengenakan kemeja suede merah dan Mick Jagger (71 Tahun) yang kharisma dan energinya tidak termakan usia. Mereka langsung menggeber Jumping Jack Flash sebagai lagu pertama. Suasana makin panas setelah berturut-turut hits Lets Spend The Night Together, It’s Only Rock N Roll, dan Tumbling Dice dibawakan. Tak lama kemudian, intro lembut Wild Horses meluncur mulus dari gitar Keith Richard membawa penonton ke suasana dramatis.
Stones tidak hanya membawakan koleksi lagu lama mereka, tapi juga lagu baru seperti Doom and Gloom dari album GRRR! yang dirilis tahun 2012 yang baru berlalu. Dan satu lagu yang cukup special malam itu adalah lagu pilihan penonton berdasarkan voting yang dilansir oleh The Rolling Stones melalui Facebooknya. Lagu yang terpilih adalah “Like A Rolling Stones” yang dinyanyikan malam itu dengan Mick menggunakan harmonika. “Thank you Bob Dylan for writing that song for us – He’s such a sweetheart when you get to know him” kata Mick sambil bercanda usai melantunkan lagu tersebut.