Memasuki gereja bukan merupakan masalah bagi saya, malah pernah saya dan dua orang teman saya rela dijadikan “sandera” oleh teman begadang kami yang satu-satunya beragama Katholik. Ketika malam Natal tiba, dia tidak mau ke gereja karena takut kami peri entah ke mana. Demi teman, kami pun terpaksa menemani dia ke gereja mengikuti misa Natal. Kebetulan saat ini jemaat membludak sehingga kami kebagian di deretan paling belakang. Dengan demikian kami tidak merasa kagok, bahkan ikut bernyanyi, “Gloo-o-o-o-o-o-o-gloria . . . “ dan pada saat pembagian roti kami berdua perlahan menyelinap ke barisan orang yang keluar.
KEMBALI KE ARTIKEL