Inggris dan Perancis sendiri sudah tidak mendapat pasokan minyak dari Tehran, Iran. Sedangkan, minyak 500 barel yang seharusnya dipasok ke Yunani malah dibatalkan oleh Iran. Kondisi ini menimbulkan efek domino. Di Amerika, harga minyak merangkak naik menjadi 109 dollar/barrel tertinggi sejak Juni tahun lalu, begitu juga di pasar Asia yang sudah mencapai 106 dollar/barrel. Harga tersebut diperkirakan akan terus merangkak naik apabila Iran menyetop secara total pasokan minyaknya ke Eropa. Mengingat selamai ini Eropa mendapat pasokan minyak mentah hingga 18% dari Iran.
Eropa dan Amerika kini berharap pasokan dari Saudi. Meskipun ini tidak menjanjikan dan tidak mampu menstabilkan harga minyak di pasar dunia. Menurut Iran, sanksi yang dikeluarkan Eropa dan Amerika tidak akan berpengaruh terhadap ekonominya karena banyak konsumen yang butuh pasokan minyak dari negaranya. Lanjut, sanksi tersebut malah menjadi senjata makan tuan bagi negara-negara barat. Mereka akan semakin meradang ditambah krisis ekonomi yang melanda akhir-akhir ini.
Menguatnya harga minyak di pasar dunia juga berdampak terhadap Indonesia. Indonesia sebagai salah satu pengimpor minyak mengalami kesulitan akibat kenaikan harga minyak. Subsidi bagi BBM membengkak dan semakin menggerogoti APBN. Pemerintah sendiri sudah merencanakan skema dengan opsi kenaikan harga hingga Rp. 2000,-/liter. Rencananya bulan April kebijakan tersebut akan diberlakukan. Tentu saja pilihan tersebut akan berpengaruh langsung pada kehidupan perekonomian.