Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Akankah Ebola Ganggu Perekonomian Indonesia?

18 Oktober 2014   19:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:33 79 0
Akankah Ebola Ganggu Perekonomian Indonesia?

Oleh: Kasan Mulyono

Wabah penyakit menular ebola sungguh mengkuatirkan dunia. Penyakit yang awalnya ditularkan dari binatang ke manusia, lalu dari manusia ke manusia ini sudah menyebar ke banyak negara tidak saja di Afrika namun juga ke Amerika dan Eropa. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 4500 orang telah meninggal dunia karena infeksi ebola yang belum ada obatnya.

Meskipun WHO dan banyak negara telah melakukan kegiatan tanggap darurat untuk mencegah penyebaran ebola lebih jauh lagi dengan melakukan karantina terhadap para pasien dan orang-orang yang terkena kontak dengan pasien ebola dan pemeriksaan penumpang bandara-bandara, namun kekuatiran akan penyebaran ebola masih menghantui dunia.

Dampak Ekonomi

Meskipun belum ada penetapan pelarangan perjalanan akibat wabah ebola, namun penyebaran penyakit ini juga dikuatirkan akan mengganggu perekonomi dunia dan bisa juga berimbas ke Indonesia.

"Ekonomi telah mengalami penurunan sebesar 30% karena ebola," kata Menteri Pertanian, Sierra Leone Joseph Sam Sesay kepada BBC. "Sektor pertanian paling parah terkena dampak ebola karena kebanyakan rakyat Sierra Leone sekitar 66% adalah petani," katanya.

Bank Dunia melaporkan bahwa pusat-pusat perbenjaan di Lagos, Nigeria mengalami penurunan penjualan dari 20 sampai 40%, lebih besar daripada penurunan yang terjadi di Hong Kong saat wabah flu burung SARS.

Bank Dunia menyebutkan dampak jangka pendek yang diukur sampai akhir 2014 dibagi menjadi dua kategori. Pertama, dampak ekonomi langsung dan tidak langsung akibat kontraksi dalam penyediaan tenaga kerja karena sakit dan kematian dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan. Kedua, dampak perilaku terkait ketakutan akan penularan sehingga penduduk pindah dari zona yang terinfeksi, penurunan partisipasi tenaga kerja karena orang hanya tinggal di rumah tidak bekerja, perusahaan-perusahaan asing mengevakuasi karyawannya (dan modal) dan menutup perbatasan untuk ekspor.

Perekonomian Liberia, Guinea dan Sierra Leone terdiri dari sektor pertambangan, pertanian dan jasa, yang mungkin menyebabkan dampak negatif terhadap perekonomian secara keseluruhan karena ebola. Sektor pertambangan di ketiga negara ini didominasi oleh pertambangan bijih besi, namun juga ada sedikit tambang emas dan intan. Sektor ini menyumbang 17% GDP Liberia. ArcelorMittal (MT), perusahaan pertambangan terbesar di negara ini, telah memutuskan untuk menunda investasinya untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 5,2 juta ton bijih besi menjadi 15 juta ton; dan China Union, perusahaan tambang terbesar kedua telah menutup operasinya sejak Agustus 2014. Sebagai akibatnya, prakiraan pertumbuhan sector pertambangan oleh Bank Dunia untuk 2014 telah diperbarui dari 4,4% menjadi 1,3%.

Sektor pertanian terkena dampak serius di ketiga negara. Pertanian mencakup hamper seperempat GDP Liberia dan mempekerjakan hamper separuh dari angkatan kerja. Mobilitas tenaga kerja yang berkurang dan migrasi penduduk ke zona-zona yang lebih aman, penundaan investasi oleh perusahaan asing karena evakuasi tenaga kerja asing telah berdampak pada pertanian ekspor dan dalam negeri. Akibatnya, Bank Dunia memperbarui perkiraan pertumbuhannya dari 3,5% menjadi 1,3%. Juga karena ditinggalkannya pertanian-pertanian yang lebih kecil yang menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan domestik, Bank Dunia memperkirakan bahwa Liberia akan mengalami kekurangan pangan yang bisa mendorong pada meningkatnya harga bahan pangan.

Sektor jasa meliputi separuh dari perekonomian Liberia dan merupakan sector yang paling banyak terpengaruh oleh wabah ebola. Menurut data Bank Dunia, penjual grosir dan eceran mengalami penurunan penjualan sebesar 50 - 75% dibanding periode sebelum krisis. Berkurangnya perjalanan bisnis dan wisatawan telah membawa pada penurunan dalam pasar-pasar yang melayani orang asing; sehingga sector hotel dan restoran juga terpengaruh secara negatif oleh krisis ini.

Cerita yang sama terjadi di sector jasa di Sierra Leone dan Guinea. Industri pariwisata Leone telah mengalami pembatalan penerbangan. Hotel hanya terisi setengah dari kapasitas dan dampak lanjutannya adalah pada perusahaan minuman. Di Guinea, proyeksi pertumbuhan sector jasa telah dikurangi 50%.

Bank Dunia telah mengkaji dampak ekonomi jangka menengah dan jangka panjang akibat ebola sampai 2015 dan menyajikan dua scenario. Skenario pertama, virus bisa diatasi pada akhir 2014. Dalam hal ini, perkiraan perekonomian akan pulih dengan cepat pada 2015. Skenario kedua, virus memburuk pada 2015, gangguan ekonomi akan meningkat, pertumbuhan akan jatuh.

Dampak bagi Indonesia

Dampak yang paling mungkin bagi Indonesia dalam tahun 2014 dan 2015 adalah berkurangnya kunjungan wisatawan ke Indonesia. Data BPS menunjukkan sampai Agustus 2014 wisatawan asing yang datang ke Indonesia mencapai 6,1 juta orang atau bisa mencapai 9,1 juta orang sampai Desember 2014, dengan perkiraan devisa negara sampai $10,5 miliar.

Itu baru dari sektor pariwisata, belum termasuk sektor perdagangan luar negeri, yang mungkin juga terdampak bila wabah ebola belum tertangani. Namun, kita berharap bahwa WHO dan negara-negara di dunia ini bisa bekerjasama dalam menanggulangi mewabahnya ebola.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun