Perdebatan terkait kepemimpinan perempuan dan laki-laki tentu sudah berlangsung sejak lama, bahkan dari berabad-abad yang lalu. Dalam agama islam menilai bahwa pemimpin lebih identik dengan seorang laki-laki. Namun disisi lain, terdapat kesetaraan gender yang menilai bahwa perempuan juga memiliki hak untuk mendapatkan posisi pemimpin. Akan tetapi yang tidak bisa dihindari adalah adanya kendala dalam sosial budaya khususnya struktur masyarakat patriarki merupakan kendala paling sulit dirubah untuk meningkatkan kesetaraan gender. Sehingga, munculnya prasangka terhadap laki-laki lebih baik dalam memimpin dari pada Perempuan. Seperti yang kita ketauhi bahwa masyarakat Indonesia masih menganut budaya patriarki hingga saat ini. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi peran Perempuan dikehidupan termasuk dalam hal memimpin. Budaya patriarki seperti ini dapat tercermin dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan dapat menjadi sumber pembenaran terhadap sistem distribusi kewenangan, sistem pengambilan keputusan, pembagian kerja serta kepemimpinan. Sehingga budaya yang demikian akan menimbulkan terjadinya perlakuan diskriminasi bahwa perempuan tidak pantas menjadi seorang pemimpin. Esai ini akan menyimpulkan argumen bahwa pemimpin perempuan sama cakapnya dengan pemimpin laki-laki. Penting untuk diingat bahwa tidak ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan tentang lebih baik mana pemimpin laki-laki atau perempuan. Setiap individu memiliki karakteristik masing-masing, dan gaya kepemimpinan yang terbaik akan cenderung bervariasi menyeseuaikan pada situasi dan konteksnya. Tujuan esai ini adalah untuk mendorong berpikir secara terbuka bahwa anggapan tentang perempuan tidak lebih baik dari laki-laki dalam hal kepemimpinan itu tidak selamanya benar.Â
KEMBALI KE ARTIKEL