Febrian hanya terdiam, melihat isi lemarinya yang sudah kosong. Bisnis kulinernya hancur seketika ketika tahun lalu, ditipu oleh rekan bisnis yang ia kenal melalui media sosial. Tampilan rekan bisnisnya yang memesona dengan selalu berbaju koko dan bersarung rapi mematikan insting Feb. Bahwa tampilan tak selamanya menjadi penilaian. Tingkat kepercayaanya terlalu tinggi, hingga ia menggadaikan semua aset miliknya yang sebagian besar warisan sebagai anak tunggal dari kedua orang tuanya yang telah tiada beberapa tahun lalu. Kesulitan ekonomi yang telah dialaminya selama beberapa bulan ini ia tutupi dengan menjual semua aset tidak bergerak yang mereka miliki. Jangankan tas, sepatu dan baju bahkan koleksi toples plastik termasuk lemarinya pun sudah dijual. Bersyukur saat ini ada
market place yang sangat membanntu ia dan istrinya menjual barang-barang yang dimilikinya. Setidaknya Febrian masih dapat menutupi aibnya, kemiskinan bagi Feb adalah sebuah aib yang harus ditutupi. Pantang baginya untuk meminta bantuan kepada temannya.
KEMBALI KE ARTIKEL