Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Merayakan Hidup, Merayakan Usia

3 Juni 2012   17:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:26 151 2

Shocked.. itu reaksi spontan saya saat membaca liputan di
VOA Indonesia , tentang Tamae Watanabe, wanita 73 tahun yang sukses mencatatkan dirinya sebagai pendaki tertua Everest. Kok bisa-bisanya, nenek dari Jepang ini mendaki puncak setinggi 8.850 meter, lha saya yang masih 20 tahunan saja, tidak sanggup memanjat tangga yang hanya ratusan centimeter tingginya. Haha saya kalah telak dengan oma satu ini. Di benak saya, di usianya yang senja ini, nenek Watanabe seharusnya berada di rumahnya yang hangat, sambil merajut menemani cucunya. Bukan malah berjibaku dengan hawa dingin dan memaksakan kaki rentanya untuk menapak di puncak Everest. Liputan ini mengingatkan saya tentang anak 13 tahun yang menjadi pendaki termuda, lagi-lagi di Everest.

73 tahun dan 13 tahun. Tua dan Muda. Saya berada di antara mereka, dan saya hanya bisa menghela nafas melihat aksi mereka. Jelas mereka punya keberanian, nyali. Hmmm, menarik, jangan-jangan saya tidak punya nyali? Entahlah, karena saya agak kesulitan membedakan antara nyali dengan nekat. Nyali untuk orang lain, bisa dianggap nekat untuk orang lainnya. Setidaknya begitulah pemahaman saya. Bagi nenek Watanabe, dia pasti merasa punya nyali, keberanian besar untuk mendaki di usianya yang sudah sepuh itu. Bagi saya, beliau bisa dibilang nekat, 73 tahun dan mendaki! Bagaimana kalau fisiknya kelelahan, lalu jatuh? Bagaimana kalau beliau hiportemia? Bagaimana dan masih banyak bagaimana lainnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun