Mohon tunggu...
KOMENTAR
Financial Pilihan

QRIS Lintas Negara untuk Menangkap Potensi Ekonomi Digital ASEAN Kini dan Nanti

20 Juni 2023   07:13 Diperbarui: 20 Juni 2023   07:18 239 4
ASEAN memiliki prospek cerah dan peluang besar di sektor ekonomi digital. Namun, pada saat yang sama, kawasan ini dihadapkan pada tantangan pemulihan pasca pandemi Covid-19. Interkoneksi QRIS lintas negara diharapkan dapat menjembatani peluang dan tantangan ekonomi digital ASEAN saat ini dan masa depan.

Ekonomi digital di ASEAN semakin menggeliat. Laporan e-Conomy SEA 2022 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, menyebutkan, ekonomi digital ASEAN bernilai 200 miliar dollar AS pada 2022, dan diperkirakan terus tumbuh hingga 330 miliar dollar AS pada 2025. Angka ini dihitung berdasarkan gross merchandise value (GMV) atau nilai pembelian konsumen.

Adapun proporsi Indonesia diproyeksikan mencapai 40 persen dari total nilai ekonomi digital ASEAN. GMV Indonesia yang sebesar 77 miliar dollar AS pada 2022 akan tumbuh rata-rata 19 persen per tahun menjadi 130 miliar dollar AS pada 2025. Prospek yang cerah semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting sekaligus pemain utama dalam ekonomi digital di kawasan.

Jika dicermati, potensi besar ekonomi digital Indonesia tecermin dalam data sistem pembayaran yang dirilis Bank Indonesia. Peningkatan volume dan nilai transaksi belanja menggunakan uang elektronik tumbuh signifikan dalam 10 tahun terakhir. Bahkan, peningkatannya semakin pesat pasca Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) diluncurkan 17 Agustus 2019 lalu.

Bank Indonesia mencatat, nilai transaksi belanja elektronik mencapai Rp 407,53 triliun sepanjang 2022 dengan volume sekitar 6,92 juta transaksi. Nilai transaksi tersebut melonjak hampir sembilan kali lipat dibandingkan tahun 2018, atau sebelum ada QRIS. Data sistem pembayaran Indonesia juga merekam kenaikan volume transaksi menggunakan uang elektronik rata-rata sekitar 28 persen per tahun pada periode 2019-2022.

Adapun menurut data yang dihimpun Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), nilai belanja menggunakan QRIS sepanjang 2022 mencapai lebih dari Rp 100 triliun dengan volume menembus 1 miliar kali transaksi. Pada periode sama, jumlah pengguna QRIS mencapai 28,75 juta, atau naik hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yang berjumlah 15,95 juta.

Sampai dengan Maret 2023, nilai transaksi menggunakan QRIS mencapai Rp 15,35 triliun dengan volume sekitar 153 juta transaksi. Dengan dukungan dan kerja sama yang terjalin antarnegara, QRIS tahun ini diperkirakan bisa mencapai 45 juta pengguna dengan volume lebih dari 1 miliar kali transaksi. Semakin banyak pengguna QRIS mengindikasikan semakin besar peluang ekonomi digital yang tertangkap.

QRIS Lintas Negara

Dalam perhelatan KTT ASEAN 2023, Indonesia ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia (epicentrum of growth). Penguatan pemulihan ekonomi pasca pandemi adalah kunci menjadikan ASEAN sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan. Pertumbuhan berkelanjutan ini akan ditopang dengan meningkatkan kolaborasi dan kerja sama regional.

Ekonomi digital menjadi satu dari tiga prioritas kerja sama dan kolaborasi tersebut. Untuk memperkuat inklusi keuangan dan literasi digital, negara anggota ASEAN perlu meningkatkan interkonektivitas sistem pembayaran regional (Regional Payment Connectivity/ RPC). Peningkatan interkonektivitas ini dapat dilakukan melalui implementasi QRIS lintas negara.

Bank Indonesia telah menjalin kerja sama sistem pembayaran lintas negara dengan sejumlah bank sentral di ASEAN, salah satunya Bank Sentral Thailand (BoT) per Agustus 2022. Fase awal implementasi melibatkan 76 penyedia jasa sistem pembayaran dari kedua negara, dan akan terus bertambah. Dengan inisiatif ini, warga Indonesia dan Thailand dapat menggunakan aplikasi pembayaran yang terdapat pada gawai dengan memindai Thai QR Codes dan QRIS saat melakukan transaksi di merchant.

Interkoneksi sistem pembayaran akan membuat transaksi lebih mudah, murah, dan efisien. Pengguna tidak perlu melakukan konversi mata uang lokal melalui dollar AS untuk bertransaksi. Mereka cukup memindah kode QR, maka pembayaran sudah terkoneksi. QRIS lintas negara juga turut memfasilitasi transaksi ritel antarpenduduk di negara yang bekerja sama, dan mendorong penggunaan uang lokal dalam transaksi bilateral.

Selain dengan Thailand, Bank Indonesia juga sudah meresmikan kerja sama QRIS lintas negara dengan Bank Negara Malaysia (BNM) pada Mei 2023 lalu. Saat ini penduduk di kedua negara dapat melakukan pembayaran ritel dengan cara memindai QRIS atau DuitNow QR Code di toko online maupun offline, yang menggunakan layanan dari penyedia jasa pembayaran yang berpartisipasi dalam skema ini.

Kerja sama sistem pembayaran lintas negara antara Indonesia dengan Singapura dan Filipina juga segera terjalin. Saat ini Bank Indonesia dan Otoritas Moneter Singapura (MAS) terus berkoordinasi untuk persiapan kerja sama pada akhir tahun 2023. Adapun kerja sama dengan Filipina diperkirakan belum bisa terjalin tahun ini karena masih harus menyesuaikan dinamika di negara tersebut.

Interkoneksi sistem pembayaran menjadi capaian yang signifikan dalam upaya konektivitas pembayaran regional di ASEAN. Dengan kerja sama yang terbangun, ASEAN kini lebih terhubung dari sebelumnya, dan diharapkan dapat mendukung pemulihan ekonomi regional pasca pandemi yang lebih inklusif dan lebih kuat. Sektor pariwisata dan ritel dapat kembali menggeliat seiring semakin terhubungnya ekonomi regional.

Pada saat pariwisata mendapatkan momentum, interkoneksi pembayaran diharapkan tidak hanya memberikan kenyamanan bagi para wisatawan, tetapi juga manfaat bagi sektor pariwisata dan ritel kedua negara. QRIS lintas negara akan membuat wisatawan lebih aman, mudah, dan efisien, dalam melakukan transaksi pembayaran.

Bagi Indonesia, inisiatif QR lintas negara juga menjadi capaian penting dalam cetak biru sistem pembayaran Indonesia tahun 2025 yang akan diintegrasikan dengan kerangka kerja sama mendorong penggunaan mata uang lokal. Secara keseluruhan ada lima negara yang sudah menerapkan QRIS lintas negara dan kerja sama penggunaan mata uang lokal dengan Indonesia, yakni China, Jepang, Thailand, Malaysia, dan Korea Selatan.

Cepat dan mudah

Di Indonesia, transaksi menggunakan QRIS diminati karena cepat dan mudah. Jika semula pedagang atau merchant melayani rata-rata 300 pelanggan dalam sehari, dengan memanfaatkan QRIS bisa naik menjadi 400-600 pelanggan per-harinya. Proses pembayaran cukup memindai kode QR sehingga waktu tunggu pelanggan di kasir lebih singkat, dan penjual juga tidak perlu repot mencari uang kembalian.

Selain itu, QRIS dapat menurunkan risiko kerugian dari uang palsu maupun uang hilang/dicuri, mencatat transaksi secara otomatis, memudahkan berbagai pembayaran tanpa harus meninggalkan toko (tagihan, retribusi, pembelian barang secara non-tunai), serta membuka peluang untuk mendapatkan modal kerja lebih besar karena bisa jadi pertimbangan profil kredit bagi bank.

Bank Indonesia juga telah memperpanjang masa berlaku ketentuan Merchant Discount Rate (MDR) QRIS untuk kategori usaha mikro sebesar 0% sampai dengan 30 Juni 2023. Saat ini tercatat 25,4 juta UMKM yang sudah menggunakan QRIS, dan ada 98 penyelenggara jasa sistem pembayaran meliputi bank BUMN maupun swasta, non-bank (OVO, Gopay, LinkAja, DANA, dll), serta switching (Alto, ArtaJasa, dll).

Inisiatif QRIS lintas negara ini akan terus diperluas karena dipandang dapat memberikan lebih banyak pilihan bagi pengguna, mendorong peningkatan efisiensi transaksi, mempromosikan ekonomi digital dan inklusi keuangan, serta memperkuat stabilitas makroekonomi melalui penggunaan mata uang lokal. QRIS bukan hanya bermanfaat bagi pengguna dan negara, tetapi integrasi ekonomi kawasan secara utuh.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun