orang yg kusayangi tak ayalnya manis di depan, di belakang menikam
perlahan sudah mulai terkuak sifatnya,
dikatainya aku dengan kata-kata menghunus pedang,
setiap bertemu sering kali debat,salah paham
meski menurutnya hal tersebut hanya sebuah diskusi biasa, dan kata-kata tajam menurutnya biasa saja
dia memang lelaki yg menguji kesabaranku..
dimata keluarganya, aku selalu di bandingkan dengan perempuan lain
dalam sikap, berbicara dan semua yang ada di kehidupanku.
aku tahu, aku tak ada apa-apanya di banding perempuan itu kuakui, kalau masakannya di sukai lelaki-ku, sikapnya disukai lelaki-ku dan dia disukai keluarga lelaki-ku..
kau tak pernah paham jika rasanya dimaki-maki seperti itu menghancurkan jiwaku, seakan rapuh seperti sama sekali tak melihat sisi kebaikanku, sama sekali tidak..
disatu sisi, aku bertahan mencintaimu meski kau maki aku
di sisi lain, aku mulai jengah dengan semua ini. entah siapa yg dia pilih, kerap kali lelaki-ku berbicara poligami
mengajukan poligami dengan perempuan itu,
kau tak pernah paham, jika hal itu menyakitiku, menyayat jiwaku hendak dikata semakin rapuhlah diri ini..
andai dia sadar, bahwa dengan dia memilihku berarti harus siap menerima bunganya, batang, akar , dan duri nya sekalipun.
aku bukanlah perempuan yang sempurna, tapi aku hanyalah perempuan akhir zaman
yang ingin berbakti dan mengabdi padamu, calon suamiku kelak.
karena menikah itu butuh perjuangan, dan butuh kepercayaan serta komitmen.
aku tak menikahi lelaki yg memikirkan perempuan lain dan mengabaikan tanggung jawabnya pada isterinya