Yang kerap kita temui di setiap panti asuhan, pengurus yang sudah tidak muda lagi usianya. Meskipun ada beberapa pemuda pemudi yang membantu, namun dengan jumlah anak yang ada pada panti asuhan, tentunya tenaga yang dibutuhkan masih sangat kurang.
Seperti yang sempat dituturkan pengurus panti asuhan Muhammadiyah Tanah Abang, Bapak Syaifuddin yang mengaku kesulitan mencari pengurus panti, "Susah cari pengurus untuk anak-anak. Saya pun tidak sembarangan pilih orang. Karena jadi pengurus itu banyak yang harus diambil resiko dan konsekuensinya. Selain kesulitan dalam mengurus anak yang banyak, juga pendapatannya sangat minim,". Saat ditemui tim Kapiler di panti asuhan Muhammadiyah Tanah Abang.
Kadang kala kesibukan yang ada, membuat pengurus panti kesulitan menyempatkan waktu mencari tenaga pengurus baru. Tapi pertimbangan untuk memutuskan orang yang tepat menjadi pengurus panti adalah faktor yang penting.
Selain dibutuhkan seorang yang terampil mengurus anak-anak, mengajar atau memasak, tetapi harus memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Karena jika uang yang dicari, panti asuhan bukan tempat yang tepat. Tetapi jika keberkahan yang diutamakan, panti asuhan bisa memberikan jalan untuk menggapainya.
Alangkah baiknya apabila fenomena ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya Dinas Sosial agar lebih memperhatikan kesejahteraan para pengurus panti asuhan. Setidaknya mereka memiliki pendapatan yang cukup, hingga bisa menjadi pegangan hidupnya. Hingga pada akhirnya profesi sebagai pengurus panti asuhan tidaklah menjadi momok bagi orang yang ingin mengabdikan dirinya mengurus anak-anak yatim piatu dan dhuafa. Berdayakan panti berdayakan Indonesia. Panti Go Digital!
Follow Instagram kita di @kapiler.id
Â
Â
Febrimantara/Kapilerindonesia