Banyak yang bersedih ketika kenyataannya TIMNAS kalah 3-0 dari Teman bebuyutannya, tetapi sedikit yang bersedih ketika ia (khususnya pria) meninggalkan Sholat Isya Berjama'ah hanya lantaran menomersatukan menonton Timnas "main" bola...
“Barangsiapa sholat isya secara berjamaah, maka ia bagaikan sholat (malam) setengah malam, dan barangsiapa sholat Subuh secara berjamaah maka ia bagaikan sholat (malam) semalam penuh.” (HR.Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).
“Sholat terberat bagi orang munafik adalah sholat Isya dan sholat Subuh. Kalau mereka tahu pahala yang disiapkan pada sholat itu, maka mereka akan mendatanginya, meskipun dengan merangkak. Sungguh, aku benar-benar hendak memerintahkan seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi bersama beberapa orang yang membawa seikat kayu bakar kepada suatu kaum yang tidak hadir sholat berjamaah, lalu aku membakar rumah-rumah mereka.” (HR.Bukhari-Muslim)
Hal ini hanya "ancaman" dari beliau saja..beliau tidak jadi melakukannya... hadits ini menujukkan saking pentingnya sholat berjama'ah, khususnya subuh dan isya...
.....
Antara Skil, Mental, dan Memaafkan
Skill yang bagus
Harus dibarengi Mental yang bagus
Keterikatan jiwa akan dunia
menandakan bahwa mental ini kurang bagus
...
Gagal itu Biasa
Bangkit itu Luar Biasa
Sedih, Jengkel, dan Geram itu Biasa
Menerima, Memaafkan, & Melepaskan itu Luar Biasa
Wahai penonton yang masih bersedih, Coba katakan sepenuh hati sambil pegang dada kirimu :
"Ya Allah, saya terima kekalahan Timnas, maka terimalah saya sebagai hambaMu. Ya Allah, saya maafkan kesalahan back timnas dan kegugupan timnas semalam, dan saya pun maafkan ulah penonton yang menganggu jalannya pertandingan, maka maafkanlah mereka, dan maafkanlah saya. Ya Allah, saya serahkan semua urusan ini kepadaMu, saya lepaskan masalah ini dari jiwa yang diikatnya, maka serahkanlah hal terbaik kepadaku dan lepaskanlah aku dari keterikatan terhadap masalah ini... sebab hanya kepadaMulah aku bertawakkal... Aamiin"
......
Permainan di dalam Permainan
Hidup ini pun hanya permainan alis fana... main bola juga permainan... sedangkan main bola bercokol di kehidupan fana ini...berarti main bola adalah "Permainan di dalam Permainan", atau dengan kata lain bahwa main bola adalah ...permainan yang semu, walau silakan saja jika ingin dinikmati... selama tidak melupakan diri untuk menjalani permainan sejati...
Maka sungguh menderita orang yang terikat dengan permainan semu. Sedangkan orang yang bertaqwa terikat dengan Allah yang menyuguhkan permainan sejati dalam kehidupan ini. Dan PEMENANGnya bernama MUTTAQIIN.
Innaa lil MUTTAQIINA Mafaazaa, artinya : "Sungguh orang yang bertaqwa itu PASTI Menang".
Al-Quran di dadaku
Al-Quran kebanggaanku
Ku Yakin yang bertaqwa pasti menang...
......
PSSI dan Spiritual Football
"Walaupun PSSI pernah GAGAL dan MENYERAH, tapi aku berdo'a agar PSSI menjadi TEAM yang GAGAL MENYERAH. Tidak masalah berapa gol engkau dikalahkan, tapi yang penting berapa kali engkau bangkit kembali dari setiap kekalahan untuk mencetak gol lebih banyak. Dan walaupun tidak demikian, maka kembali kepada Allah sudahlah cukup untuk menenangkanmu. Selamat berjuang. Tulisan ini kupersembahkan untukmu. Salam Gol !!!"
PSSI harus terus membenahi aspek spiritual yang berlangsung di dalam persepakbolaan Indonesia. Mengapa Demikian? Saya melihat ada beberapa aspek sederhana yang kalau dibenahi akan membuat keseimbangan yang signifikan dalam tubuh PSSI. Dan keseimbangan tersebut insya Allah akan menghasilkan prestasi yang dahsyat.
Berikut ini adalah Beberapa hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan di SAAT PERTANDINGAN BERLANGSUNG, yaitu:
1) Sebaiknya setiap pemain yang "merasa" dizalimi oleh wasit tidak usahlah protes, karena protes itu hampir tidak bisa mengubah keputusan wasit ,dan yang jelas "protes" bisa merusak hadiah yang akan dihadirkan Tuhan bagi team Indonesia. Dalam bahasa EPOS (Energi Positif) dan ENEG (Energi Negatif), maka seseorang yang dizolimi ia memiliki sebuah kebahagiaan tertunda yang segera hadir dalam hidupnya. Dengan syarat ia tidak berkeluh kesah atas kesusahannya itu. Dan Aksi Protes adalah bagian dari Aksi Keluh Kesah. Mengapa berkeluh kesah dapat membatalkan hadirnya kebahagiaan yang sesungguhnya? Sebab, kalau kebahagiaan itu sudah diambil lewat aksi protes, ia telah terlanjur bahagia yaitu "Bahagia karena berhasil protes", maka kebahagiaan yang sejati tidak jadi hadir karena "sudah keduluan" oleh kebahagiaan semu tersebut, yaitu kebahagiaan melakukan aksi protes.
2) Apalagi, sudah mah salah, dan menyakiti pemain lawan, lalu protes pula kepada wasit. Itulah sebuah praktek yang sedang mengundang kesialan (Eneg) dalam sebuah team.
3) Pelatih yang tenang, cool, dan cerdas, insya Allah akan membuat energi pemain tinggi dan terbawa aura positif pelatihnya. Karena pelatih adalah Gardu EPOS bagi para pemainnya. Kalau pelatihnya tukang marah, sering stress, sombong, dan tegang, maka aura stress dan ketegangan si pelatih akan sampai ke para pemainnya. Begitulah, hampir semua bentuk energi itu menular.
4) Ketika sukses menciptakan sebuah gol, bersujud syukurlah, tersenyumlah, dan berbahagialah. Janganlah merayakannya dengan berlebihan, jungkir balik, himpit-himpitan dan lain sebagainya, yang berpotensi bisa menyakiti hati pemain lawan. Simpan energi untuk mencetak gol berikutnya, bukan untuk menyakiti hati pemain lawan dengan sorak sorai yang tidak perlu. Dan kalau kemasukan gol pun, tetaplah berpikir positif, bersikap ikhlaslah. Karena sikap ikhlas lebih mudah mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan daripada mengeluh lalu kalah dan mengeluh lagi. Saya yakin, dibalik kehadiran pasti ada kehilangan, dan dibalik kehilangan pasti ada kehadiran. Fainnama'al ushri yusroo. Ya, itu sebabnya mengapa, dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
5) Karena kata-kata adalah do'a, maka sebaiknya para komentator (yang suaranya "keluar" dari televisi pas pertandingan berlangsung itu lho) tidak perlu lah mendo'akan berbagai keburukan bagi team Indonesia dan (malahan) mendo'akan berbagai kebaikan bagi team lawan.
Contohnya adalah : "Pemain belakang Indonesia terlihat mulai kelelahan dan pertahanan Indonesia tidak seketat pemain belakang Malaysia". Nah, perhatikanlah, bayangkanlah apabila ungkapan komentator itu didengar dan "diamini" oleh jutaan penonton di Indonesia.
Atau ungkapan-ungkapan Komentator seperti berikut :
• Serangan Indonesia yang dibangun dari sayap kanan hampir selalu gagal
• M Ridwan sudah beberapa kali membuat kesalahan
• Para pemain Indonesia terlihat gugup
• Pemain belakang Indonesia selalu telat mengantisipiasi serangan lawan
• Gagal lagi umpan dari Firman Utina...
• Safee adalah penyerang yang sangat berbahaya (perhatikanlah, sebuah ungkapan do'a positif bagi pemain lawan)
• Pemain Thailand tampak terlihat tenang sedangkan pemain kita terlihat grogi
• Pemain Indonesia terlihat tidak bermain lepas karena ulah penonton Malaysia..
Dan masih banyak lagi "do'a-do’a" yang tidak perlu tapi terlanjur diungkapkan oleh para komentator. Bayangkan kalau ungakapan-ungkapan itu diganti dengan berbagai do'a yang positif bagi para pemain Indonesia, seperti :
• Semangat juang yang luar biasa dari para pemain Indonesia
• Pemain Thailand tampak kewalahan ketika Arif Suyono membawa bola dari sayap kiri
• Serangan balik yang luar biasa dari team Indonesia
• Dan seterusnya ....
Bukankah Rosulullah saw bersabda :
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, berkatalah yang baik, atau diam"
Ayo TIMNAS Sepak Bola Indonesia, MAJU !!!
SALAM GOOOOOL !!!
Wallahu alam bish-Showab