September kelabu. Di tahun dua ribu satu. Tanda tanya terus memacu, siapa gerangan jadi pelaku? Apakah pula jadi pemicu? Desingan peluru atau bom waktu?
Ah, nggak tau!!! Teroris Islam jadi sorotan. Di tengah badai terus menghantam. Para mujahid slalu terancam. Akankah Islam terbenam? Fakta-fakta terus menghujam. Islam smakin cemerlang. Di sana negeri Paman Sam. Muallaf terus gemerlap. Mereka kian mengkilap. Semua terkesiap. Seakan menjadi sulap. Al-Quran makin menantang, siapa kan tercerahkan. Semua pada tercengang. Islam datang dengan aman. Kelak pun menjadi nyaman. Di surga nan idaman. Osama terus dibincang. Dia kah sang perancang? Ia ‘kan terus dikenang, walau tanya terus menggenang. Empat ribu Yahudi tak jadi korban. Serentak bolos kerjaan. Aparat keamanan beri peringatan. Jadi timbul pertanyaan, ada apakah gerangan? Andai Yamasaki masih hidup. Ia tentu sangat sibuk. Sebut gedung tak mungkin ambruk. Hanya karena pesawat terpuruk. Edward L. Peck mengusulkan, investigasi bebas transparan. Agar terungkap kebenaran, siapa yang jadi dalang? Morton Goulder menyarankan, penyidikan mesti diulang. Atas landasan kejujuran, bukan dusta dan karangan. Scott Ritter tidak setuju, fakta-fakta sodoran palsu. Agar semua termangu. Kebenaran tak bisa ditipu. Stanley Hilton punya kesaksian. Tragedi WTC pengkhianatan. Atas rakyat yang jadi korban. Politisi patut dipersalahkan. Sumber berita:
eramuslim digest, Koleksi 2,
The Dark Side 911 ISI BERITA:
KEMBALI KE ARTIKEL