Perpustakaan memiliki fungsi yang ideal sebagai tempat gudang ilmu. Berkunjung ke perpustakaan berarti berupaya mencerdaskan diri kita untuk belajar dan memahami karya-karya bermutu. Perpustakaan menurut UU No. 43 tahun 2007 bertujuan sebagai sumber informasi untuk mencerdasakan bangsa dan menumbuhkan budaya gemar membaca. Dengan demikian perpustakaan dikelola secara profesional. Sayang, sekalipun UU-nya sudah ada ternyata perpustakaan di Indonesia masih sangat jarang menjadi tempat utama kunjungan masyarakat, termasuk juga perpustakaan kampus. Masih banyak perpustakaan kampus yang tidak jauh berbeda dengan tempat pemakaman buku. Kondisinya sepi, berdebu, sekali-sekali didatangi mahasiswa yang ingin membaca skripsi, tesis atau disertasi kakak angkatannya untuk dipelajari, ditiru atau bahkan dicontek. Tak ubahnya pemakaman yang hanya didatangi oleh orang yang ingin memberikan sesajen. Perpustakaan terkadang ramai setahun sekali ketika mahasiswa akan meminta surat keterangan bebas pinjaman seperti pemakaman yang didatangi setaun sekali untuk nyekar. Selebihnya, hari-hari biasa perpustakaan, termasuk perpustakaan kampus menjadi gedung yang terabaikan. Kondisi ini bila di kampus terjadi karena kurangnya perhatian dan dukungan dari pimpinan perguruan tinggi dalam mengadakan buku-buku bermutu dan terbaru, berlangganan jurnal ilmiah atau menyediakan fasilitas wifi gratis bagi customernya. Imej buruk ini mungkin sudah berubah di beberapa perguruan tinggi terkenal di tanah air yang memahami peran strategis perpustakaan bagi kemajuan akademik penghuninya. Beberapa perguruan tinggi terkenal seperti UI, ITB, UGM sudah memiliki perpustakaan yang wajahnya merah merona, mengundang mahasiswa untuk berkunjung dan betah berlama-lama di sana. Sisanya kebanyakan perpustakaan kampus
wujuduhu ka 'adamihi (ada tapi seperti tiada) Saya beruntung mendapat kesempatan untuk berkunjung menjadi
visiting research scholar (peneliti tamu) di UCSB (
University of California Santa Barbara) USA. Saya datang kesana sebagai bagian dari kegiatan Prosale Diktis Kemenag RI selama 3 bulan. Penelitian disertasi saya yang menuntut saya untuk membaca banyak buku-buku terbaru dan artikel tentang Ahmadiyah dan ex-Ahmadiyah di Indonesia dan di dunia. Satu hal yang saya cari ketika berada di Davidson Library UCSB adalah mencari buku-buku tersebut. Alhamdulilah b
uku-buku tentang Ahmadiyah yang dulu susah saya dapatkan ketika berada di Bandung, ternyata begitu banyak tersedia di perpustakaan Davidson Library UCSB ini. Saya bahkan menemukan buku yang dulu hanya bisa melihat covernya saja di Amazon.com atau Google books. Di sini saya bisa meminjamnya dan membacanya sepuas mungkin. Bisa dikatakan di perpustakaan universitas Amerika buku-bukunya hampir lengkap, tersedia dari buku yang cetakan paling lama sampai paling baru semua ada.
KEMBALI KE ARTIKEL