Berkuasa atas nama kepentingan rakyat sih syah-syah saja. Namun itu hanya mimpi di awal Pemilu. "Akulah pejuang dan pembela rakyat! Akulah yang pantas dan patut untuk membawa rakyat ke alam keadilan dan kesejahteraan! Dan aku jugalah... bla bla bla.......!"
Gimana sih memilih pemimpin? Di masa nabi Muhammad saw, paman beliau Abbas r.a pernah meminta suatu posisi atawa jabatan. Namun dengan anggun, pribadi mulia itu menjawab dan menolak, "Kami tidak memberikan amanah kepada yang meminta wahai paman...!"
Yap, memimpin adalah mengemban amanah! Artinya, kekuasaan bukanlah suatu yang pantas untuk diminta.
Dulu, kebanyakan pemimpin kita adalah orang-orang yang memang diminta oleh rakyat untuk menggembala mereka. Tak peduli apakah mereka itu miskin. Dana dan sokongan mengalir begitu saja.
Kini, calon pemimpin malah menghamburkan uang untuk meraih dukungan. Suara boleh dibeli. Pagi-pagi menjelang pemilihan biasa partai-partai yang banyak itu menebar uang, agar mereka dipilih. Setelah terpilih? Satu hal yang pasti mereka pikirkan adalah "pengembalian modal" bukan?
Dari mana kita berharap ketokohan mereka? Sementara ketika sudah berkuasa mereka malah memikirkan "modal" yang harus kembali. Rakyat mah entar dulu, deh...!
Dan yang ada hanya, haus kekuasaan.