Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Belajar Menulis dari Sang Ahli

20 Januari 2017   14:34 Diperbarui: 20 Januari 2017   14:53 213 2

Belajar menulis bisa di mana saja dan kapan saja. Ini pengalaman saya ketika masih bertugas di KBRI Kairo (2011-2014) dan juga mendapat amanah sebagai ketua pengurus Masjid Indonesia-Kairo.

Waktu itu, saya berkenalan dan sekaligus berguru pada salah seorang tokoh  pendiri Jamaah Islamiyyah yang saat ini sudah berhaluan Islam moderat dan menjadi dai sekaligus penulis yang sangat produktif.

Saya sebut produktif, karena di sela aktifitas kesehariannya sebagai seorang dokter, tokoh ini masih sempat menjadi penulis tetap untuk enam surat kabar berskala nasional. Selain itu, sang tokoh kita ini juga sering mengisi acara televisi si empat stasiun TV.

Dari tangannya telah terbit ratusan artikel dan 25 buku. Luar biasa!

Tokoh ini adalah dr Najih Ibrahim Abdullah. Pria kelahiran Asyut, Mesir pada 1955.

Di sela macetnya lalu lintas, saat menjemput dr Najih yang dijadwalkan mengisi acara Peringatan Maulid Nabi di Masjid Indonesia-Kairo, saya memintanya untuk berbagi formula jitu menjadi penulis "keren".

Sang tokoh yang rendah hati dan sangat ramah ini menjawab, "mulai saja menulis, tulis apa saja".  

"Idenya dari mana?", tanya saya. 

"Jalannya kehidupan di depan kita adalah inspirasi dalam tulisan", jawabnya. "Tulislah tentang realitas kehidupan yang dikaitkan dengan ayat-ayat Alquran, hadis rasul, penemuan Iptek, dan seterusnya", dia menjelaskan lebih lanjut.

Menurutnya, penulis yang baik adalah penulis yang punya gaya dan ciri khas tersendiri. 

Bagaimana caranya agar bisa seperti itu? Tokoh kita ini mengibaratkan menjadi penulis yang baik seperti orang yang ingin menjadi penyanyi yang baik. Yang harus dilakukannya adalah memulai menyanyikan lagu orang lain. Ya, yang penting praktek dan berlatih. Setelah pandai menyanyikan lagu orang lain, maka tinggal menunggu waktu ia akan menyanyikan lagunya sendiri.

Begitu juga dengan menulis. Dengan meniru gaya tulisan orang lain secara berulang-ulang dan berganti dari satu gaya ke gaya yang lain, maka suatu saat si penulis pemula akan menemukan gayanya sendiri. Begitulah ringkasan dari "fatwa" sang tokoh.

"Alhamdulillah", katanya, "saya telah membimbing banyak orang yang tadinya biasa-biasa saja menjadi penulis andal yang sudah menulis beberapa buku". Begitu penjelasannya tanpa menyebut nama orang yang dimaksud.  Namun saya 100 persen percaya akan hal itu. Ketulusan budi dan bahasanya tidak memerlukan lagi pembuktian atas benar atau tidaknya isi pembicaraannya.

Suatu ketika sang tokoh diundang beberapa hari ke Indonesia. Dari catatan perjalanannya di Indonesia itu, sang tokoh menulis lima artikel tentang Indonesia yang dipublikasikan dalam harian dan majalah nasional di Mesir.

Ayo menulis, menulis, dan menulis!!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun