"Di akhirat nanti, Allah tidak akan bertanya kepada kita mengenai berapa banyak orang yang telah kita kafirkan di dunia ini. Tapi Allah mungkin akan bertanya mengenai berapa orang yang kita ajak menuju hidayah-Nya".
Itulah salah satau ungkapan yang menarik dari dr Najih Ibrahim yang berbicara di depan WNI pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw tahun 1435 H/2014, pada Senin, 20 Januari 2014 di masjid Indonesia Cairo. Tema kegiatan tersebut adalah "Mengurai Makna Islam sebagai Rahmat bagi Semesta".
Dr Najih adalah salah seorang pendiri gerakan Jamaah Islamiyah dan mantan Dewan Syuranya. Pria yang alahir di Asyuth, Mesir pada 1955 itu memulai ceramahnya dengan mengutip ayat al Quran, "Kami tidak mengutusmu (Nabi Muhammad SAW) kecuali menjadi rahmat bagi sekalian alam".
Menurutnya, redaksi ayat al-Quran di atas tidak disebutkan sebagai rahmat bagi umat Islam saja, namun seluruh alam yang mencakup umat Islam, non muslim, binatang bahkan kepada benda mati sekalipun. Seperti diceritakannya bahwa seorang wanita dapat dimasukkan ke dalam neraka karena menyekap seekor kucing dan tidak memberikan makan.
Sebagai misal, dalam peperangan sekalipun, Rasulullah saw melarang pembunuhan warga sipil. Bahkan setiap kali akan berperang, Rasulullah saw selalu berwasiat agar mereka tidak membunuh anak-anak, kaum wanita, orang tua dan tidak merusak tanaman pertanian. Rasul juga memerintahkan umat Islam untuk berbuat adil kepada siapapun, baik kepada muslim ataupun non muslim. Rasul melarang kita berbuat zalim, kepada muslim atau non muslim. Demikian papar dr Najih.
Lebih lanjut, dr Najih menjelaskan bahwa suatu negara, meski kafir ia akan tegak jika dapat menegakkan keadilan. Sebaliknya suatu negara akan hancur, meski ia adalah negara Islam jika ia tidak dapat menegakkan keadilan.
Terkait aksi kekerasan dan mengkafirkan orang, dr Najih menjelaskan dengan Islam tidak mengenal kekerasan, pengkafiran orang lain atau membenci orang lain. Islam memerintahkan kita untuk membenci kemaksiatan, tetapi dilarang membenci pelaku maksiat. Islam memerintahkan kita untuk membenci kekafiran, namun tidak memerintahkan kita untuk membenci orang kafir. Berbagai aksi kekerasan, ungkapnya, yang muncul belakangan ini dan mengatasnamakan Islam, sesungguhnya jauh dari ajaran Islam. Apalagi aksi kekerasan, yang menjadi korban utamanya adalah warga sipil. Mereka justru merugikan umat Islam, karena akan menimbulkan reaksi negatif terhadap ajaran Islam sendiri.
Acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilaksanakan atas kerja sama KBRI Cairo dengan pengurus Masjid Indonesia di Cairo yang senantiasa mengadakan kegiatan pembinaan WNI di Mesir melalui ceramah agama. Peringatan ini dihadiri oleh dihadiri olehDuta Besar RI untuk Mesir beserta keluarga besar KBRI Cairo, para mahasiswadan masyarakat Indonesia.
Dalam sesi diaolog, salah seorang jamaah yang menanyakan mengenai pengalaman dr Najih ketika mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan para tahanan teroris. Dai yang juga aktif menulis di berbagai surat kabar dan telah menulis 25 buku di dalam penjara menyatakan bahwa rata-rata pengetahuan keislaman para tahanan tersebut belum tepat. Mereka cenderung mudah mengkafirkan orang lain dan juga mengkafirkan pemerintah. Misalnya, mereka mengklaim ingin membebaskan al-Aqsha, namun dengan cara yang salah dan target yang keliru. Merekabukan pergi ke tanah Palestina, namun justru melakukan aksi teror di Indonesia.
Dalam penutupnya, pria yang lahir tahun 1955 dan tinggal di kota Alexandria ini berpesan agar kita selalu berpegang kepada ajaran Islam yang rahmatan lilalamin serta menghindari berbagai aksi kekerasan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Gaya bicara, retorika, dan penalaran yang dibawakan dr Najih menarik perhatian para jamaah masjid. Mereka terlihat mengangguk-anggukan kepala pertanda setuju dengan isi ceramah. Adapun jamaah mahasiswa masih merasa belum puas dan meminta dr Najih untuk mengisi acara khusus dengan mereka pada kesempatan yang lain.
*) Penulis adalah ketua pengurus Masjid Indonesia di Cairo, Mesir.