Secara kebetulan hari itu langit Palestina-Israel terbelah. Semburat jingga memulas terbelahnya langit menjadi serupa keindahan yang tiada tara. Tanah para nabi memang patutlah sekiranya diperlakukan seperti itu oleh alam. Penuh dengan keindahan.
“Aku tak sudi jika kau terperangkap dalam kemuslimahanmu,” seorang perempuan Yahudi membentak putrinya dengan keras, “sungguh, kita mengutuk tindakanmu itu, Adonna.”
“Benar apa kata ibumu,” lelaki di sudut ruangan meminum tehnya sejenak, “ayah tak merestui tindakanmu. Itu benar-benar tak bisa ditoleransi, Adonna.”
Lelaki tersebut nampak lebih tenang dalam menyikapi permasalahan. Sekalipun sorotan matanya menyiratkan kepicikan yang sangat. Ada maksud terselubung dalam ketenangannya tersebut.