[caption id="attachment_92178" align="alignleft" width="300" caption="(dok.pribadi)"][/caption] Siang itu di depan gedung sate ketika saya sedang meliput aksi demonstrasi mahasiswa bandung menolak kedatangan obama, nampak seorang kakek tua berseragam kuning di antara kerumunan para pendemo. Saya pun menghampiri dan mencoba menyapanya. " Assalamualaikum, apa kabar Pak Sariban? " ujar saya sambil menyodorkan tangan tuk bersalaman. "Waalaikum salam, maaf siapa ya?" tanya Pak Sariban sambil tersenyum. "Saya Ramdhan, boleh ngobrol sebentar Pak?" pinta saya pada beliau. "Mau ngobrol apa? jangan masalah politik ya!" tanya Pak Sariban. "Ah nggak pak, saya cuma pengen ngobrol tentang lingkungan" jawab saya. "Oh boleh boleh " jawab beliau. Kemudian kami pun melangkah mencari tempat yang nyaman tuk berbincang. Pak Sariban memang sosok fenomenal yang ada di kota kembang, dengan usianya yang tidak muda lagi beliau tiap hari beraksi tak kenal lelah memelihara lingkungan di sekitar jalan Pahlawan. Pensiunan dari RS Mata Cicendo ini berangkat dari rumah jam 8 pagi menyusuri jalanan sambil bersih-bersih dan mencabuti paku-paku yang menancap di pepohonan. "Pepohonan di Bandung penuh dengan beragam papan reklame, banyak pohon tersebut yang mati " ujar Pak Sariban dengan roman muka yang sedih. Pak Sariban yang sempat diajak kampanye oleh SBY pada pilpres 2004 lalu, sedikit mengkritisi penyediaan tong-tong sampah yang bertuliskan istilah yang tidak populer. "Coba lihat dibeberapa titik di kota Bandung ada tong-tong sampah yang maksudnya bagus, di satu titik disediakan 3 tong dengan sampah yang bertuliskan organik, an organik dan B3, tapi akhirnya ketiga tong tersebut malah penuh bercampur karena masyarakat kita kurang paham dengan tulisan tersebut. " papar Pak Sariban sambil membetulkan posisi kacamatanya. "Kalau mau pake bahasa indonesia yang umum saja, misal sampah an organik ganti dengan istilah sampah kering tuk menampung kertas, kaca, plastik. Terus sampah organik ganti dengan tulisan sampah basah tuk menampung sisa makanan dan dedaunan serta yang terakhir jangan B3 tapi tulis Sampah Beracun pasti orang ngerti itu untuk sampah kayak gimana " lanjut Pak Sariban. Ketika saya mengabarkan puluhan pepohonan di jalan Soekarno Hatta ditebangi oleh sebuah biro iklan Pak Sariban menampakkan muka kecewa dan marah. "Wah itu mah pelanggaran hukum, harus dipenjarakan tuh, kok seenaknya aja " ujar Pak Sariban dengan nada suara meninggi. "Memang kesadaran kita akan pelestarian lingkungan masih rendah, tentunya ini harus segera dibenahi, kalau bisa pendidikan tentang lingkungan diajarkan sedari dini, mesti dari taman kanak-kanak " papar Pak Sariban. Menurut Pak Sariban dalam melakukan aksinya ini beliau sangat didukung oleh sang istri tercinta. "Urusan dapur ngebul itu mah sudah ada yang ngatur" ujar Pak Sariban. Kemudian Menurut kakek tua berkacamata ini dalam memelihara lingkungan di jalan Pahlawan ini, beliau menghabiskan empat hingga lima buah sapu lidi yang besar. "Alhamdulillah kalau sapu mah dikasih sama Dinas Kebersihan, Bapak mah tinggal minta, kadang banyak juga masyarakat yang memberikan perhatiannya, ada yang memberi mulai seribuan hingga ada juga yang puluh ribuan " lanjut Pak Sariban ketika ditanya darimana biaya operasional beliau dapatkan. Menurut Pak Sariban untuk mengubah kebiasaan kurang terpuji dari masyarakat memang kita harus bekerja keras, selain harus diajarkannya tentang lingkungan di sekolah diperlukan juga sebuah keteladanan. "Ya mudah-mudahan apa yang Bapak lakukan bisa memberikan sedikit contoh bagi masyarakat " kata Pak Sariban dengan bibir yang tersenyum. -- rmd -- Mari mampir ke
web saya :-) Silakan klik artikel menarik lainnya :
SUATU PAGI DI TAMAN CILAKI MAHASISWA BANDUNG TOLAK OBAMA ANAK KOMUNIS BICARA QURAN URANG SUNDA MAH HARUS KAYA
KEMBALI KE ARTIKEL