".....Oemar bakri, Oemar bakri, pegawai negeri Oemar bakri, Oemar bakri, 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar bakri, Oemar bakri, banyak ciptakan menteri Oemar bakri ...,profesor dokter insinyur pun jadi tapi mengapa gaji guru umar bakri seperti dikebiri...." Lagu yang didendangkan
Iwan Fals terasa memacu adrenalinku 16 Tahun yang lalu untuk memilih Perguruan Tinggi mana yang aku inginkan, karena nasehat ayahanda kepadaku terasa kuat sekali untuk menjadi
"guru", walau aku harus berjibaku dengan keinginan untuk memilih profesi masa depan lainnya. Bagaimana tidak, lagu sosial yang dinyanyikan
Bang Iwan puluhan tahun yang lalu, menyeretku dalam sebuah pencitraan pribadi bahwa menjadi seorang "guru" yang sudah menjadi Pegawai Negeri pun masih dalam posisi finansial yang rendah, apalagi yang belum Pegawai Negeri???, miris aku mendengarnya. Terbayang olehku, guru Fisika SMP favoritku
--yang juga menjadi dosen Fisika Zat Padatku, DR. Agus Yulianto, M.Si-- saat itu. Beliau dengan gagahnya setiap berangkat ke sekolah kami untuk mengajar, selalu mengayuh sepeda
Onthel warna hijau, sebagai aplikasi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dalamÂ
Fisika, kata teman-teman SMPku. Begitu pula guru Matematika SMPku, Ibunda
Miftakhul Umi, selalu mengayuh sepeda
Onthel kurang lebih 10km tiap hari, yang warnya coklat kehitaman, sepeda kumbang istilah kami waktu itu, dan sepeda itu adalah sepeda kebanaggann kami, karena bisa dipinjam kemana-mana, bahkan untuk menghitung
velocity average, tugas dari
DR. Agus Yulianto, M.Si. Bahkan, ayahandaku sendiri, seorang guru Pegawai Negeri dengan sepeda kumbang merk
"Elephant", sepeda
Onthel Juara satu sedunia. Sepeda ini yang berakhir tragis, karena aku titipkan ke pak Dhe-ku, tapi saking senengnya pak dhe, dikiranya di
kasihkan, maka sepedanya dijual ke tukang loak dengan harga timbangan. Pilu aku mendengarnya. Lalu, bagaimana dengan saat ini? hari ini? Apakah Sepeda Onthel masih melekat identik, bahkan kembar siam dengan Oemar Bakrie??? Kondisi sudah berubah, pada periode
Presiden Abdurrahman Wahid mampu untuk menaikkan gaji PNS secara simultan, bahkan periode
Presiden SBY dan
Wakil Presiden JK, telah dikucurkan tunjangan profesi kepada para Oemar Bakrie, tidak hanya yang berstatus PNS, tapi juga guru swasta yang berada dalam naungan Yayasan, walau hanya 1 kali gaji pokok, tapi sudah mampu merubah seorang seorang Oemar Bakrie menjadi OKB --Orang Kaya Baru--. Yang dulunya naik sepeda
Onthel, sudah berubah naikÂ
kuda jepang, yang dulunya sudah naik
andong, sekarang sudah naik
kereta jepang ke tempat kerja, secara materi sudah ada peningkatan signifikan, tapi profesional??? Eeiitss...tunggu dulu....maaf tentang hal ini tidak dibahas dalam tulisan ini, di tulisan lainnya saja. Bahkan, banyak anak-anak lulusan SMA/MA/SMK yang dulunya termasuk peringkat 20 terbaik di sekolahnya
enggan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang berbasis LPTK. Ini dapat dilihat dari aktifitas SMPTN yang membanjiri Perguruan Tinggi yang berbasis LPTK tiga tahun terakhir. Aku teringat dengan jelas, teman terbaikku, yang menyandang Juara 2 terbaik SMAku yang dulu ambil jurusan Teknik Sipil sewaktu kuliah, sudah beralih
mindsetnya, cibiran yang dulu disampaikan kepadaku dari dia , ingat betul dalam tanya jawab kami waktu itu. "Ka, kenapa kamu mendaftar ke IKIP,
kan kalau lulus pasti menjadi
guru?" tanyanya, yang aku balas dengan senyuman, karena aku pikir hal itu termasuk ibadah kepadanya, selebihnya aku jawab sambil
ngeloyor pergi " Kamu akan tahu 10 tahun lagi", dengan aksen
Gus Durku. Eee...tak tahunya, dia sekarang menjadi guru di sebuah SMK.
Piye Jal?? Kembali ke lagunya
Bang Iwan, karena ini adalah inti permasalahan. Semestinya lagu itu terus didendangkan di negeri ini, bahkan kalau perlu seantero dunia.....karena kerusakan lingkungan, bahkan
Global Warming sudah terjadi, dan tidak bisa dicegah, hanya bisa diperlambat, di sebuah warta digital disebutkan kalau kenaikan suhu 0,8 - 3 derajat dalam minggu-minggu terakhir ini, bahkan ada yang mensinyalir suhu dalam sebuah kota sudah mencapai 46 derajat celcius. Seandainya satu guru saja tetap memakai sepeda
Onthel, maka berapa CO2, Cu, Pb dkknya yang tidak tercurah ke alam, walau kenaikan suhu juga didesak oleh gas methane lainnya, tapi minimal CO2 bisa dikurangi. Kalau saja para
Oemar Bakrie di tiap Kabupaten, tiap Propinsi, dan di Indonesia memakai kembali sepeda
onthelnya, maka bukan mustahil permasalahan ekosistem bisa terkendali. Apalagi para murid
Oemar Bakrie, Bapak-Ibunya, dan keluarga besarnya juga melakukan hal yang serupa, bukan mustahil pencemaran lingkungan yang disebabkan dari gas buang "kuda jepang" bisa di kurangi.
Mimpi tentang lingkungan asri yang acapkali dicibir semua kalangan....karena sudah enak naik "kuda jepang" kemana-mana, bukan hanya untuk ke Masjid, kerumah tetangga yang jaraknya hanya beda gang, malah ada yang ke rumah tetangga samping 2 rumah, tetep naik
kuda jepang. Point keempat daridampak negatif pembangunan Industrialisasi. Jadi,
Sepeda Onthel Oemar Bakrie adalah yang paling Indonesia, menurut saya..... Karena.....
Presiden, Wakil Presiden, Menteri, anggota DPR, Komisioner KPK, MK, BI, Polisi, profesor, ahli IT, dokter, Insinyur, bidan, buruh, tukang becak, tukang semprot cat, tambal ban, buruh bangunan, tukang potong rambut, jualan mie ayam, dan aneka profesi lainnya,
mengaku pernah menjadi
murid dari guru-guru
Oemar Bakri. Dan
back to onthel, kebanggaan Oemar Bakrie jaman dulu adalah salah satu
aplikasi pengabdian kita kepada bumi tercinta ini, khususnya bumi Indonesia. Hidup Sepeda Onthel Oemar Bakrie !!!
KEMBALI KE ARTIKEL