Setelah sekian lama aku pendam, akhirnya aku putuskan untuk menulis sepucuk surat untukmu, wahai Bapak-bapak yang terhormat. aku sendiri ragu, apakah kalian akan membacanya seperti harapanku. atau, Bapak-bapak sedang sibuk mengurusi “negara” yang mungkin jauh lebih penting daripada urusanku. meski demikian, aku tetap menuliskan surat ini. setidaknya sebagai medium curahan hati seorang kecil, yang seringkali terdengar parau, tak terhiraukan. semoga para pembaca mau menjadi saksi, dan semoga surat ini juga bisa mewakili alam bawah sadar ”suara kecil” lain di republik ini.