Ayah kenapa mereka melemparkan kue itu?. Pertanyaan putri kecil saya yang baru berumur 5 tahun itu mengalihkan perhatian saya dari aksi Robert Langdon di Capitol hill dalam bukunya Dan Brown.Saya tak serta merta mengerti apa maksud pertanyaan gadis kecil itu.Tapi demi melihat kotak hitam bergambar yang bernama televisi,barulah saya sadar kenapa putri saya menanyakan pertanyaan itu.
Disana,dikotak gambar itu,seorang presenter musik terkenal sedang ditimpug/dilempar oleh teman teman sesama pembawa acara dengan kue ulang tahunnya sendiri.Kue yang sebenarnya untuk dimakan itu kini belepotan diwajah si artis.Seolah belum cukup,rekan rekan si artis mengguyur rambut temannya yang sedang ultah itu dengan terigu atau gula halus.Dan orang orang disekelilingnya pada ketawa senang.
Ayah kenapa mereka melakukan itu? Putri kecilku bertanya lagi.Saya tak bisa menjawabnya.Terutama karena selama ini saya selalu mendidiknya untuk menghargai makanan apapun.Supaya memperlakukan makanan dengan rasa hormat.Supaya jangan pernah makan tanpa doa sebelumnya.Dan kini di televisi itu,putri saya melihat hal hal yang bertentangan dengan 'ajaran' ayahnya selama ini.
Tentu saja putri saya suka ulang tahun dan selalu saya belikan kue,tapi kue kue ulang tahun itu kami potong potong dan dimakan bersama teman teman putri saya.Jangankan anak kecil seper ti putri saya.Bahkan saya sendiri pun tak mengerti untuk apa mereka melempar lempar dan membuang makanan dan dipertontonkan pada jutaan pemiarsa dirumah.Apakah mereka tak sadar,ada jutaan orang yang harus berjuang hanya demi sesuap nasi.Apa mereka tak sadar,prilaku itu rawan untuk ditiru anak anak kecil? Apakah mereka tak menghargai sama sekali pada makanan?
Jujur saya sangat miris dengan tayangan itu.Kue kue lezat itu hanya berakhir dipipi si artis dan tentu berakhir sebagai sampah yang disia siakan.Ada jutaan anak yang mungkin diajari oleh orang tuanya supaya menghargai makanan,tapi disaat yang sama,demi sebuah kesenangan semu,mereka mempertontonkan pada anak anak itu prilaku yang tak pantas untuk ditiru.Kemana tanggung jawab moral mereka sebagai publik pigur?
Saya akhirnya cuma bisa berkata pada putri tercinta bahwa kelakuan itu sama sekali tak patut ditiru.Trus saya mau bicara apa lagi?