Sambil merokok, dan ditemani secangkir kopi, saya menonton paparan Esbeye mengurai kata demi kata pengantar pengumuman reshuffle. Seperti biasa mengenakan batik warna coklat, didampingi oleh Wapres Boediono, dan agak menjauh Sudi Silalahi, Esbeye berpidato dengan gayanya yang khas.
Kata dia, dalam pidato pengantarnya, reshuffle yang dilakukannya juga dibantu oleh Wapres. Disampingnya, Boediono anteng dengan wajah tenangnya.
Esbeye mengatakan, reshuffle dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja. Terutama agar bisa sukses di sisa 3 tahun kekuasaannya. Dan Presiden, menegaskan dasar pertimbangan dari reshuffle adalah evaluasi kinerja integritas. Juga faktor the right man on the right place.
Lainnya adalah masukan dan aspirasi masyarakat yang ia terima dalam satu tahun terakhir.
Namun yang membuat saya tertarik, adalah penegasan dari Esbeye bahwa kabinet hasil reshuffle bukan kabinet RBT, atau kabinet yang disusun oleh rencana bangun tidur. Istilah yang menggelitik.
Tapi Esbeye, juga mengakui, bila menyangkut pergantian menteri dari parpol, dirinya tetap berkonsultasi dengan pimpinan parpol koalisi.
Dan akhirnya, hanya empat posisi menteri dari parpol yang diganti. Pertama adalah Darwin Zahedy, menteri ESDM yang digantikan oleh Jero Wacik. Lalu Freddy Numberi diganti EE Mangindaan. Dan Menristek, Suharna, diganti Gusti Muhammad Hatta, yang sebelumnya adalah Menteri Lingkungan. Terakhir Patrialis Akbar, diganti Amir Syamsuddin.
Sisanya adalah pengumuman Wakil Menteri, dimana nyaris semua kementerian ada wakil menterinya. Bahkan ada yang sampai dua wakil.
Selamat bekerja kabinet non RBT...Rakyat menunggu bukti...