Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Tak Ada Makan Siang Gratis Di Pilkada

9 April 2012   18:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:49 184 0
Tak ada yang gratis dalam sebuah konstetasi politik, seperti pemilu atau Pilkada. Terutama dalam Pilkada. Apalagi bila jabatan kepala daerah yang diperebutkan itu ada di daerah yang basah, seperti Jakarta misalnya.

Status Jakarta sebagai ibukota, adalah nilai tambah dari kota itu dibanding daerah lain. Dan menjadi orang nomor satu di ibukota tentu prestisenya lain, apalagi bila melihat APBD-nya yang terbesar diantara provinsi lain di Indonesia.

Maka, tak heran, bila Pilkada ibukota seperti magnet bagi para politisi. Faktanya, kepala daerah dari luar Jakarta, sampai dibela-belain mempertaruhkan jabatan yang sedang disandangnya demi bisa terpilih jadi "meneer" ibukota. Tapi bukan perkara gampang menjadi "meneer" ibukota. Biaya politik pun tidaklah murah.

Apalagi ini menyangkut daerah dengan prestise dan nilai tambah yang beda dengan daerah lainnya. Karena Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, pernah mengatakan, bila ingin jadi gubernur harus sedia banyak rupiah. Minimal antara 30 hingga 60 milyaran harus disediakan di kantung.

Saya pernah mewawancarai Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan, usai dia menghadiri acara silahturahmi dengan calon gubernur yang digelar di Hotel Pullman, Jakarta Pusat.

Alex memang berniat maju di Pilkada DKI. Bahkan selangkah lagi Alex yang berpasangan dengan Nono Sampono, melenggang ke gelanggang. Alex dan Nono, didukung Golkar, PPP, PDS dan puluhan partai kecil yang tak punya kursi di DPRD Jakarta.

Saat itu saya menanyakan tentang dana yang ia siapkan menghadapi persaingan memperebutkan kursi DKI-1. Alex, saat itu menjawab, maju Pilkada itu perlu duit. Jadi Pilkada bukan hajatan gratis. Atau dalam kata lain, tak ada makan siang gratis di Pilkada.

Alex memang coba berkelit, tak mau menjawab secara jelas berapa rupiah yang ia siapkan menghadapi Pilkada. Pun saat saya pancing dengan jumlah rupiah versi Mendagri yang menyatakan, seorang calon gubernur harus sedia dana 60 milyar, Alex tetap menghindar untuk menyebut angka dana politiknya.

Kata Alex, jika Mendagri mengatakan harus sedia 60 milyar, lebih baik tanyakan saja ke Mendagri. " Itu kan kata Mendagri," kata Alex.

Begitupun saat ditanya tentang isu uang mahar sebesar 20 milyar yang ia berikan kepada PPP untuk mendapatkan dukungan, Alex coba berkelit. Dan menjawab setengah bercanda.

" Ah, kok dikit banget. Enggaklah. Tapi yang pasti butuh duitlah," katanya.

Namun, Alex berjanji, ia akan transparan. Termasuk soal berapa biaya kampanye nanti.

" Ya kan diaudit, kita akan akan transparan," katanya.

Tawa Alex terbahak-bahak, ketika ada wartawan menanyakan, bahwa untuk menghadapi Pilkada, ia dan timnya sudah menyiapkan dana hingga 1 trilyun.

" Kalau punya duit 1 trilyun, buat apa susah-susah jadi gubernur," kata dia.

Saat saya hendak pulang, di pelataran hotel, nampak rombongan Alex juga hendak bergegas pergi. Alex terlihat masuk mobil sedan Toyota Camry yang mengkilap dan kinclong. Di depannya polisi dengan motor besar siap mengawal Alex. Bunyi sirine pun terdengar, polisi dengan motor besarnya melaju duluan, baru setelah itu mengekor mobil Camry yang ditumpangi Alex, membelah jalanan ibukota yang mulai merayap macet.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun