Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Panggung Politik Menuju Karpet Merah Istana

11 Maret 2012   06:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:13 184 0
Panggung politik ibukota, memang menjadi daya tarik semua partai. Karena sebagai jantung kekuasaan, Jakarta bisa dikatakan adalah Indonesia mini. Maka ajang Pilkada ibukota, ibarat panggung menguji kekuatan mesin politik sebelum berlaga di pemilu 2014.

Peneliti Charta Politika, Muslimin bahkan menyebutnya sebagai 'kawah candradimuka', siapa keluar jadi jawara Pilkada ibukota, maka modal besar menatap pemilu 2014. Tak heran bila partai-partai besar saling menunggu. Tidak cepat mendeklrasikan calon.

Pendek kata Jakarta adalah barometer. Maka, ketika kota itu hendak menggelar hajatan politik, memilih gubernur dan wakilnya, tensi politik lebih terasa panas, dibanding daerah lainnya. Maklum ibukota.

Sampai-sampai, Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie atau biasa dipanggil Ical, mengatakan, Golkar boleh menang pemilu, tapi 'kalah' di Jakarta, rasanya seperti sayur tanpa garam. Setidaknya pernyataan Ical itu, menggambarkan, betapa Jakarta adalah magnet politik.

Tak heran, kendati tak memenuhi syarat bisa maju sendiri, Golkar tetap bersikeras ingin mengusung calon gubernur sendiri. Karena garam Pilkada ibukota, yang akan menggenapi rasa sayuran politik di 2014, begitu Ical mengistilahkan.

Teka-teki politik pun terjadi di kandang beringin. Partai Golkar harus menempuh jalan panjang untuk memastikan siapa calon gubernur yang akan di usungnya. Nama bakal calon pun bermunculan, dan timbul tenggelam. Di awal yang muncul tiga nama yakni, Prya Ramadhani, Tantowi Yahya dan Azis Syamsuddin.

Bahkan ketiganya getol melakukan promosi politik, lewat spanduk, reklame dan langsung turun ke perkampungan bertemu warga. Di pertengahan mencuat nama Fadel Muhammad, mantan Gubernur Gorontalo dan bekas Menteri Kelautan dan Perikanan. Tapi tenggelam lagi. Lalu, menggeliat nama Alex Noerdin di penghujung tenggat dibukanya pendaftaran calon gubernur.

Dan tak ada yang menyangka, Rabu malam, di kediaman Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie di Jalan Mangunsarkoro, Jakarta, teka-teki politik itu diakhiri. Ical yang memimpin rapat, setelah maraton beradu pendapat dengan pengurus teras DPP Golkar, memutuskan, Alex Noerdin yang maju gelanggang.

Ketua Bappilu, Ade Komaruddin yang menceritakan rapat itu. Rapat kata Ade lumayan a lot tapi santai. Sambil makan cemilan, rapat di mulai pukul 19.15 dan berakhir sekitar pukul 22.00 Wib. Hasilnya, Alex di kukuhkan secara resmi sebagai calon gubernur DKI dari Golkar.

Nilai plus Alex, kata dia, karena Gubernur Sumatera Selatan itu berhasil menggandeng kawan koalisi yaitu PPP dan PDS. Kawan koalisi menjadi syarat penting bagi Golkar untuk bisa maju mengusung calon sendiri.

" Rapat dari pukul 19.15 sampai pukul 22.00, di kediaman ketum, akhirnya memutuskan Alex sebagai calon," katanya.

Seperti mengejar waktu, tak lama kemudian, calon pendamping Alex didapatkan, yakni Letjen Purnawirawan Nono Sampono. Nono awalnya berambisi menjadi calon gubernur. Namun partai-partai belum juga ada yang meminang. Nono pun memilih berduet dengan Alex, meski hanya calon orang nomor dua.

Bila Golkar sudah memutuskan calon, justru jawara pemilu di Jakarta yakni Partai Demokrat, masih juga belum memastikan siapa yang bakal di usung. Ada dua kandidat kuat yang bersaing memperebutkan tiket Demokrat di Pilkada ibukota, yaitu Nachrowi Ramli dan Fauzi Bowo, incumbent.

Nachrowi, Ketua DPD Demokrat Jakarta, sekaligus kawan satu angkatan SBY, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, kala di akademi militer. Sementara Fauzi atau Foke adalah anggota Dewan Pembina Demokrat, sebuah struktur di Demokrat yang langsung dikendalikan SBY.

Nachrowi sudah sejak jauh hari getol mempromosikan diri sebagai calon gubernur. Dari tahun lalu, upaya pencitraan dilakukan, lewat spanduk, baliho, reklame yang memenuhi pojokan ibukota. Bahkan Nachrowi, sudah membangun markas pemenangannya di Hotel Twin Plaza, Slipi, Jakarta Barat. Di lantai 19 markas tim hore Nachrowi berada.

Sementara Fauzi juga getol mendatangi partai-partai lain. Saat Pilkada 2007, ketika itu Fauzi maju bersama Prijanto dan di dukung oleh 11 partai. Lawannya Adang Daradjatun-Dani Anwar yang hanya di usung oleh PKS. Fauzi-Prijanto pun menang.

Kabarnya, Fauzi sudah mendapat lampu hijau untuk berkoalisi dengan PKS. Dan, konsesinya Triwisaksana sebagai calon wakil gubernurnya.

Wasekjen Demokrat, Saan Mustofa, pada Koran Jakarta, mengatakan partainya masih menunggu keputusan majelis tinggi. Majelis itu dipimpin oleh SBY dan salah satu anggotanya adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Majelis itulah, kata Saan yang akan memutuskan siapa calon DKI-1 dari Demokrat.

Demokrat sepertinya masih gamang. Dua calon itu masih sama-sama ambisi dan terus melakukan gerilya politik. Sabtu dua pekan kemarin, misalnya Nachrowi sampai harus menggelar pelantikan pengurus DPC Demokrat se-DKI Jakarta di halaman Monumen Nasional. Anas hadir dalam acara itu.

Acara di Monas itu sekaligus dipakai untuk kembali menyuarakan dukungan pengurus Demokrat di Jakarta terhadap Nachrowi. Mungkin bukan kebetulan, bila acara di helat di Monas yang berdekatan dengan Istana, tempat SBY berkantor sebagai presiden.

Kata Pengamat Politik UIN Andi Syafrani, Nachrowi ingin mengirimkan pesan pada SBY, bahwa arus bawah Demokrat mendukung dia. " Ya semacam pesan pada SBY, bahwa dia itu di dukung arus bawah Demokrat, jadi jangan di remehkan," kata dia.

Gun Gun Heryanto, Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, memprediksikan, Pilkada DKI kali ini bakal sengit. Akan terjadi fragmentasi kekuatan politik. Juga, Pilkada Ibukota adalah pertaruhan awal bagi Demokrat, sebelum pemilu 2014. Bila menjadi jawara, maka itu modal besar bagi Demokrat menatap pemilu 2014, mengingat jawara pemilu 2009 itu kini didera banyak masalah.

Namun yang jadi problem, ada potensi Demokrat tak solid dalam Pilkada. Persaingan Nachrowi dan Fauzi memperebutkan tiket pencalonan bisa berimbas pada soliditas partai. Katakanlah, DPD dan DPP lebih memilih untuk mengusung Nachrowi Ramli, sedangkan dewan pembina menginginkan Fauzi.

" Nah ini bisa berpotensi untuk tidak solidnya suara Partai Demokrat dalam Pemilukada DKI Jakarta,"katanya.

Partai lainnya, PDI-P juga masih menyimpan teka-teki. Partai pimpinan Megawati itu belum juga memutuskan calon. Berhembus akhir-akhir ini nama Joko Widodo, walikota Solo yang akan dimajukan. Namun, PDI-P tak cukup kursi mesti menggandeng partai lain untuk menggenapi koalisi. Pada Pilkada 2007, PDI-P adalah pendukung utama Fauzi-Prijanto. Dan nama Fauzi masih di pertimbangkan.

Politisi senior PDI-P, AP Batubara misalnya, masih menganggap Fauzi Bowo layak maju lagi. " Fauzi masih bagus," katanya.

Partai yang belum memastikan calon adalah PKS. Kendati salah satu kadernya, Triwisaksana sudah mendeklarasikan sebagai calon gubernur, pengurus teras PKS belum secara resmi mengamini. Pengalaman kalah di 2007, sepertinya jadi pelajaran berharga bagi partai kader tersebut, kendati dari modal politik PKS memadai maju sendiri. Berkoalisi dengan partai lain sepertinya itu yang sedang di jajaki. PKS pun rajin membuka komunikasi dengan partai lain. Termasuk mendekati Fauzi Bowo.

Peluang mendapat kawan koalisi masih terbuka. Sebab masih ada PKB, Hanura, PAN dan Gerindra yang belum memutuskan hendak bergabung dengan siapa, atau mendukung siapa. PAN misalnya, menawarkan Wanda Hamidah, sebagai calon gubernur sebagai konsesi berkoalisi.

Andi Syafrani pun menyebut, Pilkada Ibukota adalah panggung ujian bagi partai sebelum bertarung di 2014. Siapa jadi jawara, modal untuk pemenangan pemilu dan Pilpres 2014 setidaknya sudah dicicil.

" Bisa jadi menang di ibukota, bisa memperlancar karpet merah menuju Istana," katanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun