Mohon tunggu...
KOMENTAR
Dongeng

Camkan Anakku Jangan Jadi Koruptor

9 Oktober 2011   16:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:09 783 0
Rakeyan,  anak Ayah dan Bunda… 

Rakey, ini catatan pengingat buatmu. Sebuah cerita tentang jejakmu dari paling awal. Kau lelaki ayah dan bunda, lahir pada 20 April 2008. Di suatu pagi sekitar pukul 08.58 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB). Kau lahir di sebuah rumah sakit bersalin dibilangan Jakarta Selatan. Nama rumah sakitnya adalah RS Bersalin Asih. 

Ayah ceritakan kronologis kelahiranmu, agar kau selalu ingat hikayat hidupmu. Waktu itu, sekitar sore menjelang magrib. Bundamu merasakan ada kontraksi diperutnya. Ternyata benar, sudah ada tanda-tanda akan melahirkan. Untungnya waktu itu ada Pak ‘De Eko (Kalau di kampung ayahmu Pak De itu sebutan untuk uwak). Pak ‘De Eko kebetulan waktu itu bawa mobil. Maka diantar Pak ‘De Eko, Kakak Yozka (anaknya Pak ‘De Eko) Uti Titi dan Tante Nofa, bunda diantar ke RS. Ayah nyusul ngikutin pakai motor.

Semalaman Ayah menjaga Bunda bersama Uti Titi. Baru menjelang pagi, Bunda merasakan Kau akan lahir. Dibantu dokter Bambang Fajar dan para suster, Bunda menjalani proses kelahiran. Ternyata tidak begitu lancar. Maka dokter memutuskan menggunakan alat vacum agar Kau cepat keluar dari kandungan. Alhamdulillah, puji syukur teramat sangat untuk Illahi Rabbi, Allah SWT, akhirnya Kau lahir dengan selamat.

Tangisan pertamamu pecah setelah, suster menepuk-nepuk kamu. Ayah yang menjadi saksi kelahiranmu, merasakan kebahagiaan yang amat sangat. Antara percaya dan tidak percaya, Ayah kini telah menjadi seorang Bapak. Ayah cepat mengikuti kamu yang dibawa oleh suster untuk dibersihkan.

Ada cerita lucu, Key. Waktu kamu dibersihkan, kamu begitu ‘kurang ajar’ mengencingi dokter yang membersihkan kamu, Profesor Dokter Sudiyanto (spesialis anak). Kencingmu mancur menciprat wajah Pak Profesor (Kelak sempat beberapa waktu menjadi doktermu)  yang membersihkan kamu. Setelah bersih, Ayah melantunkan Adzan ditelinga kananmu. Dan iqomat ditelingi kirimu.

Tidak lupa Ayah tidak terputus-putus mengucapkan Fatihah. Ayah kini mempunyai anak. Mempunyai jagoan kecil! Namanya keren dan menurut Ayah mempunyai makna yang mendalam, Rakeyan Palasara Sachdena Afkar. Itu artinya,  kamu akan menjadi orang yang menguasai arah hidupmu dengan kecendekiaan yang bijak. Atau sederhanya, kaulah penguasa hidupmu, seseorang cendekia yang mendayagunakan pikirannya.

Kata orang Jawa, Rakeyan itu adalah penguasa. Kamu bisa membuka sejarah kerajaan Jawa. Setiap penguasa Jawa, di depan namanya selalu disematkan gelar Rakai. Kan ada nama Rakai Pikatan. Nah, rakaian itu yang artinya penguasa. Tapi Ayah modifikasi sedikit dengan memasukan hurup "Y", jadilah nama depanmu Rakeyan.

Sedangkan Palasara, ayah ambil dari nama seorang pangeran yang terdapat dalam sebuah iklan produk susu. Disana diceritakan, Pangeran Palasara memelihara burung diatas kepalanya. Ayah simpulkan saja, dia pangeran yang mencintai kehidupan. Jadi kau diharapkan menjadi orang yang menguasai kehidupan. Mengerti akan arti hidup. 

Sedangkan Sachdena itu, katanya itu berbau bahasa persia. Itu nama dari seorang dosen tamu asal Iran yang sempat mengajar di kampus ayah. Bagi ayah dia seorang cendekia, pemikir pluralis yang toleran.

Sedangkan Afkar, kebetulan saja, ayah dapat sebuah buletin dari seorang kawan, disana ada kata tentang afkaru. Artinya ayah tidak tahu, tapi pasti punya makna. Kau harap ingat Key.

Bundamu penuh perjuangan melahirkan kamu. Bahkan sejak kamu masih berupa benih kehidupan. Bundamu sampai mual-mual dan nyaris tidak bisa makan apa-apa selama empat bulan. Dan saat kandungan membesar, kau kerap terasa aktif menendang-nendang. Bunda dan Ayah saat itu sudah membayangkan kau akan menjadi seorang anak yang aktif.

Ternyata benar, kau ketika sudah mulai beranjak besar begitu aktifnya. Umur empat bulan kau sudah bisa tengkurap. Masuk kelima bulan, kau begitu berkeras hati ingin merangkak. Sampai acap kali, kau jungkir balik berusaha untuk merangkak sendiri.

Ayah dan Bunda, kini tidak kesepian lagi. Suara celotehmu yang nyaring selalu membuat Ayah dan Bunda bangga. Banyak hal dari tingkahmu yang teramat lucu menggemaskan. Kebiasaan kencingmu yang mancur. Mimik berkerut kening dari wajahmu setiap melihat hal baru, begitu menggemaskan. Seakan kau berpikir keras mengenali hal-hal baru.

Mudah-mudahan itu isyarat, bahwa kau nanti termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia pikiran. Camkan itu, Key, Bunda melahirkan penuh perjuangan, mempertaruhkan nyawa. Sembilan bulan kau didalam kandungan. Selama itu pula Bunda menjaga penuh cinta.

Kau harus ingat itu, karena walau bagaimanapun surga ada ditelapak kaki Bunda. Maka jangan sia-siakan kasih sayang Bunda. Jangan sekalipun membuat Bunda sakit hati. Bukan hanya kualat, tapi itu dosa besar.

Oh ya, Key, Ayah punya cerita lain saat kau lahir.Tahukah kamu saat kau lahir ke bumi, ada cerita yang menarik. Panggung politik waktu kau lahir sedang menampakan cacat yang memalukan. Seorang politisi Senayan, atau biasa disebut wakil rakyat tertangkap tangan menerima suap. Kamu tahu Key, si penerima suap itu bernaung di partai yang katanya berasaskan Islam.

Tentu itu peristiwa yang sangat memalukan. Kenapa Ayah dongengkan ini, agar kamu tahu latar apa peristiwa yang terjadi saat engkau lahir. Ayah ceritakan ini, sebagai pengingat, bahwa ketika status terhormat disandang, kadang orang lupa daratan. Contohnya yang Ayah ceritakan itu.

Kamu harus camkan itu. Sehina-hinanya orang adalah yang mengabdi pada hawa nafsunya. Janganlah Kau melupakan tugasmu sebagai manusia. Mengabdi pada kebajikan dan berperang untuk kemunkaran. 

Minimal kau berguna bagi kebajikan disekitarmu. Walau lingkup kecil setidaknya kau mempunyai faedah bagi yang lain. Karena pada dasarnya gerak sejarah manusia itu adalah pembuktian yang nyata dari ibadah sosialnya. Artinya menyadari dirinya sebagai bagian dari sebuah jamaah kemanusian.

Kau harus senantiasa memposisikan sebagai bagian tidak terpisah dari sesama. Jangan membedakan orang dari statusnya. Jangan pernah abaikan bila mendapat amanah. Jangan pernah jumawa di depan orang yang secara kebetulan status dan pencapaian sosialnya lebih rendah dari kamu. 

Ingat, anakku, di hadapan Allah yang dihitung adalah amal. Bukan kekayaan atau jabatan. Maka sekali dipercaya menyandang jabatan, pergunakan itu sebagai jalur untuk beribadah. Sebagai kesempatan menjadi bagian dari jamaah. Jangan seperti politisi yang Ayah ceritakan di atas. Lupa pada amanah dan terjerat nafsu duniawi atau kekuasaan. Jangan pernah kau seperti itu. Camkan anakku, jangan sampai kamu menjadi koruptor. Itu kejahatan terhina di negeri ini dan dunia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun