Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Bagi Si Kaya, Penjara Pangkal Nyaman

9 Februari 2012   17:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 245 0
Hari ini muncul berita cukup menghebohkan. Adik kandung dari mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin kepergok tangan oleh Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana, membesuk di luar jam besuk. Bahkan menjelang tengah malam. Sesuai aturan, kunjungan ditengah malam tak dibenarkan aturan.

Denny sendiri sebelum jadi wakil menteri adalah staf khusus Presiden SBY. Dan adik kandung Nazar sendiri bernama M Nasir. Nasir sampai saat ini masih tercatat sebagai Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat.

Nasir di istimewakan, hingga bisa membesuk semuanya? Mungkin iya, mungkin juga keliru. Statusnya sebagai anggota dewan memang memungkinkan itu, apalagi mantan Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar sempat mengeluarkan kartu khusus bagi anggota dewan Komisi III untuk bisa berkunjung ke LP, kapan saja. Tapi dengan catatan itu dilakukan dalam rangka pengawasan.

Dalam rangka apa Nasir berkunjung? Tak jelas, sebab belum ada keterangan resmi dari Nasir. Keterangan datang dari Djufri Taufik yang menemani Nasir datang dan bertemu Nazar di LP Cipinang, tempat tersangka kasus suap Wisma Atlet itu ditahan. Djufri mengaku, ia kuasa hukum Nazar. Kata Djufri, ia datang bersama Nasir, karena Nazar sakit.

Alasan itu pula yang disampaikannya ketika kepergok Denny datang membesuk Nazar. Tapi kata Denny, orang sakit harusnya banyak istirahat. Denny heran, orang sakit diganggu malam-malam.

Adalah kamera pengintai yang terpasang di LP dan tersambung langsung ke kantor Menteri Hukum dan HAM yang menjadi awal kepergoknya kunjungan tengah malam itu. Denny mengungkapkan, begitu tertangkap ada kegiatan tak wajar di sel Nazar, ia bergerak menuju Cipinang melakukan kunjungan mendadak. Hasilnya benar, Nasir dan Djufri ditemani satu orang lainnya, sedang asyik bertemu Nazar. Kata Denny, saat kepergok semuanya terlihat kaget.

Cerita bertema tentang penjara memang bukan hal aneh di Indonesia. Siapa punya kuasa dia punya pula hak leluasa. Publik tentu masih ingat, pelaku kasus mafia pajak, Gayus T Tambunan, dengan gampangnya lenggang kangkung pergi ke Bali. Pakai wig ia datang 'piknik' ke Pulau Dewata, nonton tenis sampai kemudian acaranya harus ketahuan oleh seorang fotografer sebuah media yang juga sedang meliput turnamen tenis tersebut. Gegerlah dunia penjara di Indonesia.

Lebih geger lagi, ternyata tak hanya ke Bali, Gayus juga sempat luntang-lantung pergi keluar masuk penjara, tempat ia ditahan. Padahal nama penjara itu tak main-main, Markas besar pasukan elit Polisi, Brimob.

Tak hanya Gayus, Artalyta Suryani pun sempat jadi cerita utama pemberitaan dengan tema penjara. Artalyta kepergok oleh Satgas Mafia Hukum, dimana salah satu petingginya adalah Denny Indrayana dalam sebuah sidak memiliki ruangan khusus. Mewah, ada televisi, mesin pendingin udara dan fasilitas karaoke.

Gayus, Nazar, dan Artalyta, ketiganya terjerat kasus hukum karena persoalan 'duit'. Gayus memanipulasi pajak, Nazar terlilit kasus suap, dan Artalyta si penyuap jaksa. Ketiganya juga bukan orang miskin, duitnya berlimpah.

Duit bermain? Mungkin bisa jadi seperti itu. Gayus mengaku bebas keluar karena menyuap penjaga rutan. Artalyta dan Nazar pun mungkin seperti itu, hingga keduanya begitu di istimewakan pihak LP.

Tapi di Sijunjung pulau Sumatera, ada dua tahanan meninggal. Diklaim petugas bunuh diri menggantung dirinya sendiri. Tapi publik tak percaya, dua tahanan itu mati karena tindak kekerasan. Namun yang pasti kedua tahanan yang sial itu bukan orang seperti Gayus, Artalyta dan Nazar yang banyak duit dan juga kasusnya tersangkut kasus duit. Tapi mereka adalah orang dari kalangan jelata.

Bagi yang jelata, penjara atau sel tahanan adalah neraka. Bisa jadi itu awal menuju kuburan. Tapi bagi yang berduit, penjara adalah rumah sendiri. Disana masih tetap bisa tinggal dengan nyaman. Tidur tidak ditemani kecoa. Tak merasa udara sumpek, karena ada mesin pendingin udara, dan bebas ketemua siapa saja di jam berapapun. Kalau mau masih bisa berwisata seperti Gayus.

Mau apalagi inilah Indonesia, negeri dimana elitnya tak mau belajar dari pengalaman. Tetap bebal, dan serakah. Dimanapun, termasuk di penjara. Kesimpulannya, bagi si kaya dan penguasa, penjara tetap pangkal nyaman...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun